• Beranda
  • Berita
  • Resensi film - "Ninjago" hubungan ayah-anak di Dunia Lego

Resensi film - "Ninjago" hubungan ayah-anak di Dunia Lego

23 September 2017 18:16 WIB
Resensi film - "Ninjago" hubungan ayah-anak di Dunia Lego
Jackie Chan dalam film The Lego Ninjago Movie (imdb)
Jakarta (ANTARA News) - Setelah sukses memasarkan film "The Lego Movie" (2014), dan "The Lego Batman Movie" (2017), perusahaan Warner Bros Animation bersama-sama dengan The Lego Group menampilkan kisah ketiga dari waralaba mereka, "The Lego Ninjago Movie".

Sebagaimana tertera dalam judulnya, film berdurasi 101 menit itu mengisahkan tentang sebuah kota, yang rentan diserang oleh kelompok gangster jahat yang dipimpin oleh Lord Garmadon (disuarai oleh aktor Justin Theroux).

Lord Garmadon memiliki anak, Lloyd (Dave Franco), yang merupakan seorang remaja tanggung yang tinggal di kota Ninjago bersama-sama dengan ibu kandungnya, Koko (Olivia Munn).

Masalahnya, seluruh kota (terutama didukung dengan media televisi yang kerap menyiarkan berita tentang serangan gang Garmadon), mengetahui bahwa Lloyd adalah anak kandung Garmadon.

Fakta yang telah diketahui secara luas itu membuat Lloyd kerap mendapatkan aroma permusuhan dan rasa tidak senang dari berbagai penjuru kota, termasuk dari murid-murid di sekolahnya.

Lloyd hanya bersahabat dengan kelima temannya, yaitu Kai (Michael Pena), Jay (Kumail Nanjiani), Nya (Abbi Jacobson), Cole (Fred Armisen), dan Zane (Zach Woods).

Meski seluruh warga kota mengetahui bahwa Lloyd adalah anak Garmadon, tetapi ada satu rahasia yang tidak diketahui secara luas mengenai Lloyd dan teman-temannya.

Ternyata, mereka berenam adalah sekelompok ninja terlatih yang dipandu oleh sang guru, Master Wu (Jackie Chan), untuk mengalahkan berbagai serangan yang dilancarkan pasukan Lord Garmadon.

Lloyd sendiri, yang harus merahasiakan identitas rahasianya, kerap geram ketika berhadapan dengan sang ayah (dan begundal-begundalnya).

Kegeraman itu bukanlah karena serangan Garmadon, tetapi lebih kepada mengapa sang ayah tidak pernah memiliki rasa kasih sayang terhadap sang anak yang ditinggalnya di kota Ninjago.

Setelah sejumlah serangan berhasil dipatahkan tim ninja asuhan Master Wu, Lord Garmadon akhirnya berhasil membuat sebuah robot besar yang merupakan mahakarya untuk misi penaklukkan kota Ninjago.

Serangan yang dilakukan oleh Garmadon dan tentaranya kali ini sukses, dan kesempatan terakhir bagi tim ninja Master Wu untuk mengalahkan Garmadon adalah dengan melakukan perjalanan jauh untuk mencari senjata yang terkuat.

Film yang disutradarai oleh tiga orang (Charlie Bean, Paul Fisher, dan Bob Logan), mencoba mengangkat sebuah kisah mengenai hubungan ayah dan anak yang terpisah lama, dengan sang ayah tampak sebagai orang tua yang tidak peduli dan selalu cuek.

Dalam sejumlah dialognya, tampak pertukaran emosi yang dilakukan oleh Lloyd dan sang ayahanda, Garmadon, yang kerap diselilingi beberapa humor ala-film Lego.

Meski dengan sejumlah dialog humoris, terasa bahwa "Ninjago" masih belum bisa menandingi kemashyuran dari dua film waralaba Lego sebelumnya.

"The Lego Movie" pada tahun 2014, sebagaimana diketahui, akhirnya menampilkan dengan manis bagaimana seorang anak mengingatkan sang ayah tentang nikmatnya bermain Lego dengan gaya animasi yang memiliki nilai-nilai kandungan yang filosofis.

Sedangkan "The Lego Batman Movie" pada awal 2017, dengan adegan-adegan yang cepat (tetapi tepat) dan lelucon-lelucon yang sangat lucu, juga mengingatkan tentang pentingnya bekerja sama untuk menggapai sesuatu.


Pengulangan

Pada "Ninjago", yang terasa hanya pengulangan tema dan berbagai kelakar seperti dua film sebelumnya, dengan penggarapan yang tidak mendalam, seperti film-film pendahulunya.

Terlepas dari tokoh Lloyd dan Garmadon, serta Master Wu (yang disuarakan dengan apik oleh Jackie Chan), berbagai karakter lainnya tampak seperti tidak dikembangkan dengan baik sehingga seolah-olah tidak ada keunikan, selain berbagai elemen yang mereka kuasai.

Hal ini juga menimbulkan pertanyaan, seperti mengapa "Ninjago" dilepaskan di tahun yang sama dengan "Lego Batman Movie", karena bila gagasan "Ninjago" dapat dimatangkan dalam jangka waktu yang lebih lama, diperkirakan juga bakal menghasilkan film yang sekualitas dua film lainnya.

Tidak mengherankan pula bila ada yang berpendapat bahwa dalam film ini, yang lebih ditampilkan adalah godaan konsumerisme kepada para penonton usia belia.

Dalam waralaba film Lego juga diketahui bahwa akan ada film berikutnya yaitu "The Lego Movie Sequel" yang diperkirakan bakal keluar pada 2019, serta "The Billion Brick Race", juga pada tahun yang sama.

Tentu saja para penonton mengharapkan agar film-film Lego selanjutnya bisa digarap dengan lebih mendalam.

Hal ini karena meski sasaran utama dari waralaba ini adalah anak-anak, tetapi banyak juga orang dewasa yang menontonnya, dan mengharapkan adanya hiburan dan nilai-nilai filosofis yang bisa dibagi bersama dengan anak-anak atau keponakan mereka, setelah menonton sebuah film.

Oleh Muhammad Razi Rahman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017