Festival itu diresmikan wakil Pemerintah Propinsi Tuscany dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Italia dan Malta, Esti Andayani, kata Counsellor Penerangan, Sosial dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (Pensosbud KBRI) Roma, Charles F. Hutapea, kepada ANTARA News, Sabtu (23/9).
Dubes Esti Andayani menyampaikan apresiasi kepada Asosiasi Indonesia Meets Italy (IMI) yang diketuai pasangan Italia-Indonesia, Jacopo Cappuccio dan Malina Andrayani, karena sejak 2014 secara konsisten mengadakan Festival del Cinema d'Indonesia dengan menghadirkan berbagai film Indonesia ke tengah publik Italia.
Mantan Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik di Kementerian Luar Negeri RI itu menilai bahwa film merupakan media komunikasi yang tidak mengenal batas, termasuk bagi masyarakat Italia dapat melihat indahnya alam Indonesia sekaligus memperoleh gambaran mengenai budaya Indonesia.
Diplomat karir Kementerian Luar Negeri RI yang pernah menjadi Duta Besar RI di Kerajaan Norwegia itu mengharapkan semakin banyak film Indonesia yang ditonton publik Italia guna semakin mendekatkan pula hubungan kedua bangsa dan negara.
Usai pemutaran film, Nia Dinata yang turut hadir di tengah para pengunjung festival memberikan pandangan mengenai perkembangan sosial perempuan Indonesia yang menginspirasi pembuatan film musikal tersebut.
Festival itu dimeriahkan pula dengan peragaan busana hasil kerja sama KBRI Roma dengan Batik Chic Gallery.
Beragam koleksi karya desainer kenamaan Novita Yunus terinspirasi eco-fashion dari Bali, tenun sutra Garut dari Jawa Barat serta motif suasana alam pesisir selatan Sumatera diperagakan model setempat dengan iringan permainan saksofon oleh diplomat KBRI Roma, Charles Hutapea memberi sentuhan magis.
Video promosi pariwisata "Wonderful Indonesia" menjadi latar belakang alunan saksofon sopran di temaram pencahayaan teater.
Sementara itu, sutradara Lola Amaria mengakui film dapat menjadi media promosi pariwisata yang efektif.
Hal ini yang mendorongnya mengangkat keindahan alam Labuan Bajo sebagai latar belakang film Labuhan Hati.
Seorang warga Italia, Luisa, mengaku memperoleh gambaran mengenai perempuan Indonesia. Dalam film "Ini Kisah Tiga Dara" dan "Labuhan Hati", profil perempuan Indonesia tidaklah sekonservatif yang dibayangkannya.
Jacopo Cappuccio, penggagas festival Indonesia yang secara rutin setiap tahun mempromosikan film Indonesia melalui Festival del Cinema d'Indonesia Firenze menyampaikan inisiatif penyelenggaraan festival didasari kecintaannya pada Indonesia yang memiliki banyak talenta.
Festival itu juga menjadwalkan penayangan film "Surau dan Silek", "Pertaruhan", "Salawaku", "Filosofi Kopi" dan "Filosofi Kopi 2", serta "Ben&Jody".
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017