Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andy Noor Sommeng mengatakan, panel surya akan digunakan untuk melistriki desa-desa yang letaknya jauh dari jaringan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
"Solar home system ideal untuk penerangan di daerah-daerah terpencil," ujarnya di sela-sela diskusi interaktif pada acara Pertambangan dan Energi Expo 2017 di Jakarta, Rabu (27/9).
Pemerintah menargetkan akan mengalirkan listrik dengan teknologi panel surya untuk 2.500 desa terpencil di Indonesia. Nantinya, setiap dua rumah tangga akan mendapatkan satu panel surya yang bisa digunakan bersama-sama. Pemasangan panel surya diharapkan akan membantu target tambahan daya listrik sebesar 20.000 MW pada 2019.
Andy menambahkan, saat ini rasio elektrifikasi secara nasional telah mencapai 92,8 persen. Pada tahun 2025, pemerintah menargetkan bauran energi EBT harus mencapai 23 persen.
Pengembangan EBT ini sejalan dengan balancing energy trilemma yang terdiri dari energy security, energy equity, dan enviromental suistaible. Sebab, kata Andy, pengembangan EBT akan meningkatkan ketahanan energi yang ramah lingkungan sehingga akan mengurangi efek gas rumah kaca.
Sebelumnya, Menteri ESDM Ignatius Jonan mengatakan, program ini akan menyasar lebih dari 256 ribu rumah yang tersebar di 2.500 desa yang sulit dijangkau PLN. Setiap rumah nantinya akan memiliki listrik yang mampu menghidupkan empat lampu dan bisa digunakan untuk charger handphone. Progam ini ditargetkan akan selesai pada 2018 mendatang.
"Tingkatkan energi terbarukan dengan program lampu tenaga surya hemat energi yang bertujuan menyediakan energi yang lebih adil dan tepat sasaran serta menurunkan subsidi energi sebesar 66 persen atau Rp491 triliun," kata Jonan.
Pewarta: prwir
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2017