Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram Irwan Rahadi di Mataram, Rabu, mengatakan, tawaran ini merupakan salah satu bentuk instrumen penanganan sampah yang katanya dinilai cukup efektif.
"Jadi tidak ada salahnya kalau kita melakukan kajian secara teknis, untuk mengetahui sejauh mana efektivitasnya. Kalau bagus dan efektif kita bisa terapkan," katanya.
Pernyataan itu disampaikannya menyikapi tawaran penanganan sampah dengan memanfaatkan BSF dari yayasan peduli pada masalah kehutanan dan lingkungan atau FFLI (forest for life Indonesia) yang disampaikan melalui Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPSTP) Nusa Tenggara Barat (NTB) H Lalu Gita Aryadi, dalam acara sosialisasi penanganan sampah menggunakan pasukan lalat hitam.
Dalam kesempatan itu, narasumber dari FFLI yang memberikan pemahaman terkait dengan penanganan sampah menggunakan agen hayati, yakni Prof Agus Pakpahan, Dr Hadi Pasaribu, dan Dr Agus Joko.
Dari hasil pemaparan narasumber, disimpulkan bahwa manfaat pengelolaan sampah dengan menggunakan pasukan lalat relatif banyak.
Beberapa manfaat yang bisa diperoleh pemerintah daerah adalah pengurangan jumlah kebutuhan tempat pembuangan akhir. Selain itu, pemerintah daerah bisa fokus hanya ke penanggulangan sampah non-organik.
"Karena itulah, tidak ada salahnya kita coba mendalami tawaran ini," ujarnya lagi.
Di sisi lain, Irwan menyebutkan, instrumen penangan sampah di Kota Mataram memang sudah cukup banyak yang telah diterapkan, mulai dari gerakan menuju lingkungan dengan sampah nihil, bank sampah, pengelolaan sampah terpadu, pembuatan tungku pembakaran dan lainnya.
Tetapi hal itu belum bisa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penurunan volume sampah, tapi justru volume sampah terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pesatnya investasi di kota ini.
Namun katanya, dengan adanya kebijakan penanganan sampah berbasis lingkungan dengan pemberian 325 unit kendaraan roda tiga di setiap lingkungan se-Kota Mataram, penanganan sampah saat ini jauh lebih efektif.
"Bahkan sejumlah titik yang dulunya banyak dikeluhkan masyarakat, kini sudah bersih bahkan beberapa titik sudah kita terapkan tempat pembuangan sementara keliling sehingga tidak ada lagi penumpukan sampah di TPS," katanya.
Meskipun diakuinya, lanjut Irwan, dari volume sampah di Mataram saat ini sebanyak 1.444 meter kubik per hari, yang bisa terangkut ke TPA baru 1.047,2 meter kubik per hari atau hanya sekitar 72,5 persen dari total volume sampah.
"Sisanya inilah yang masih membutuhkan penanganan lebih optimal lagi selain dilakukan pengelolaan secara terpadu dan partisipasi masyarakat untuk mengolah sampah secara mandiri," ujarnya.
Pewarta: Nirkomala
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017