Juru bicara kabinet Rajitha Senaratne mengatakan bahwa pemerintah mengecam serangan pada Selasa ke sebuah rumah perlindungan PBB tempat 31 pengungsi Rohingya, termasuk 16 anak dan tujuh perempuan, diberi tempat tinggal.
"Sebagai seseorang yang beragama Buddha, saya malu atas apa yang terjadi," ujar Senaratne kepada wartawan.
"Ibu yang membawa anak-anak kecil dipaksa keluar dari tempat perlindungan mereka yang diserang oleh gerombolan yang dipimpin segelintir biksu," katanya.
Massa tersebut menghancurkan pintu bangunan bertingkat di dekat ibu kota Kolombo, memecahkan jendela dan perabotan saat pengungsi yang ketakutan berkumpul di lantai atas.
Tidak ada laporan korban jiwa di antara pengungsi, yang kemudian dibawa ke lokasi lain, tetapi dua petugas kepolisian mengalami cedera dan dibawa ke rumah sakit.
Senaratne mengatakan bahwa polisi telah diperintahkan untuk mengambil tindakan pendisiplinan terhadap petugas yang tidak berusaha mengendalikan massa.
"Ini bukan yang diajarkan Buddha. Kita harus menunjukkan belas kasihan kepada para pengungsi ini. Biksu yang melakukan serangan itu sebenarnya bukan biksu, tetapi binatang," katanya.
Biksu Buddha Sri Lanka memiliki hubungan dekat dengan rekan ultranasionalis mereka di Myanmar. Keduanya telah dituding mendalangi aksi kekerasan terhadap minoritas muslim di kedua negara, demikian AFP.
Penerjemah:
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017