"Ke depan prospeknya sangat bagus, apalagi dengan maraknya pembangunan bandara, pelabuhan maupun jalan," kata Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Tenggara Kementerian Pariwisata Rizki Handayani saat menghadiri "Incentive Travel and Convention Meeting Asia" (IT&CMA) 2017 di Bangkok, Kamis.
Keuntungan lain bagi Indonesia, lanjut Rizki Handayani, perekonomian nasional yang tumbuh sekitar 5 persen, nisbi lebih baik dibandingkan negara-negara tetangga Asia Tenggara lainnya.
Kondisi fundamental ekonomi yang cukup kuat ini bisa menjadi modal besar untuk mendatangkan kegiatan MICE internasional di dalam negeri.
Ia menjamin bahwa pemerintah akan mendukung penuh upaya mendatangkan konferensi maupun pameran besar di Indonesia. Saat ini sudah ada sejumlah kota yang dinilai mampu menyelenggarakan kegiatan MICE besar selain Jakarta dan Bali.
Kegiatan MICE dengan 300 hingga 500 orang sudah sering diselenggarakan di Medan, Bandung atau Palembang, katanya.
Sementara itu, untuk "event" yang mendatangkan tokoh dunia memang yang pasti siap baru Jakarta dan Bali. Misalnya, penyelenggaraan pertemuan IMF-Bank Dunia tahun depan di Pulau Dewata.
Ia menilai dari sisi industri maupun sumber daya manusia MICE dalam negeri sudah mumpuni sehingga bukan waktunya lagi Indonesia hanya menjadi pasar, melainkan harus menciptakan kesempatan bisnis MICE itu sendiri.
"Jangan lagi ada kegiatan MICE besar, tetapi penyelenggaranya dari Singapura. Padahal, tempat dan sumber dayanya di Indonesia," ucapnya.
Rizki Handayani meminta kalangan industri MICE, termasuk Asosiasi Konvensi dan Pameran Indonesia (Inaceb), lebih agresif memperkenalkan destinasi Indonesia di luar negeri, seperti yang mereka lakukan dalam kegiatan IT&CMA ini.
"Keikutsertaan dalam pameran di luar negeri sudah keharusan agar destinasi MICE di Indonesia tetap eksis dan semakin dikenal di dunia internasional," ujarnya.
(T.F004/C004)
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017