Sulteng berencana bangun rumah sakit jantung

30 September 2017 18:32 WIB
Sulteng berencana bangun rumah sakit jantung
Arsip: Warga berjalan di samping bangunan yang direncanakan akan dibangun Rumah Sakit Siloam, di Kota Sorong, Papua Barat, Jumat (5/5/2017). Pembangunan rumah sakit proyek Lippo Grup tersebut terhenti disebabkan pihak kontraktor lepas tanggung jawab terhadap proyek. (ANTARA FOTO/Olha Mulalinda)
Palu (ANTARA News) - Provinsi Sulawesi Tengah berencana akan membangun rumah sakit jantung meski tidak sebesar Rumah Sakit Harapan Kita mengingat penyakit jantung di daerah ini paling dominan menyerang masyarakat.

Direktur Rumah Sakit Daerah Undata Palu, Reny A Lamdjido di Palu, Sabtu, mengatakan penderita jantung di Sulawesi Tengah berada pada urutan kedua setelah Nusa Tenggara Timur.

"Oleh karena itu ke depan di Sulawesi Tengah akan dibentuk RS jantung walaupun tidak sebesar RS Harapan Kita," katanya.

Reny mengatakan angka penderita kematian yang diakibatkan penyakit jantung juga lebih dominan dibanding penyakit lainnya.

Menurut dia, penanganannya atau tindakan yang dilakukan harus lebih cepat kepada penderita penyakit jantung sehingga perlu suatu rumah sakit khusus.

Dia mengatakan dulu penderita penyakit jantung hanya pada pejabat atau pengusaha tetapi sekarang ini penderita penyakit jantung sudah seluruh kalangan masyarakat sebagai dampak pola hidup yang kurang teratur.

Sementara itu Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola diwakili Sekretaris Daerah Hidayat Lamakarate mengakui bahwa penyakit jantung saat ini merupakan penyakit mematikan nomor satu sehingga perlu penanganan dan penanggulangannya.

"Untuk penanganannya saya mendukung sepenuhnya didirikan rumah sakit jantung di Sulawesi Tengah," katanya.

Hidayat mengatakan berdasarkan pengalaman banyak pasien rujukan yang menderita penyakit jantung ke luar kota penanganannya sangat lambat bisa sampai dua minggu baru bisa tertangani.

"Karena itu saya menantang Direktur Rumah Sakit, kapan dapat kita realisasikan pembangunannya. Coba diusulkan rencananya," katanya.

Hidayat mengatakan sesuai pengalaman pribadi bahwa tahun 2010 dirinya divonis mengidap penyakit jantung, namun setelah tiga tahun diadakan pengobatan dirinya sangat tertekan sehingga dirujuk ke Singapura untuk berobat.

"Yang mengejutkan hasil diagnosa rumah sakit di Singapura saya sebenarnya tidak mengidap penyakit jantung," katanya.

Hal itu dikemukakan Hidayat dengan harapan dokter yang menangani pasien agar melakukan pemeriksaan secara seksama sebelum memvonis seseorang itu menderita penyakit jantung karena dapat menimbulkan penderitaan dan tekanan kepada pasien.

(T.A055/R010)

Pewarta: Adha Nadjemuddin
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017