"Terlebih, industri didukung juga oleh program-program penelitian dan pengembangan yang dilakukan baik oleh Pemerintah, institusi pendidikan maupun pihak swasta," ujar Haris melalui keterangannya di Jakarta, Selasa.
Menurutnya, karet sebagai salah satu komoditi hasil perkebunan yang memiliki peran cukup strategis dalam kegiatan perekonomian Indonesia.
Apalagi, konsumsi karet alam yang saat ini berkisar 580 ribu ton per tahun, juga masih berpeluang untuk terus ditingkatkan.
Untuk itu, upaya yang perlu dilakukan, antara lain dengan intensifikasi maupun ekstensifikasi eskpor barang karet serta menciptakan cabang-cabang industri baru seperti industri ban pesawat dan vulkanisir pesawat terbang yang dapat menyerap karet alam cukup banyak dan menghasilkan devisa nasional.
"Pemerintah memandang bahwa langkah-langkah untuk peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri perlu segera dilakukan dalam rangka meningkatkan nilai tambah potensi sumber daya alam nasional," tutur Haris.
Misalnya, kebijakan pembangunan tol laut, di mana pemerintah akan membangun 24 pelabuhan, antara lain deep sea port (pelabuhan laut dalam) di Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makasar dan Sorong.
"Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi industri karet penunjang pelabuhan seperti rubber dock fender, rubber floating fender, rubber bumper, dan sebagainya sehingga dapat lebih meningkatkan konsumsi karet alam dalam negeri,†ucap Haris.
Upaya peningkatan konsumsi karet alam di dalam negeri, juga perlu didukung dengan kemampuan industri nasional dalam penyerapan komoditi tersebut.
Oleh karena itu, pemerintah bertekad mendorong pertumbuhan industri barang-barang karet dalam rangka merealisasikan program peningkatan konsumsi karet alam domestik.
Berdasarkan hal tersebut, Kemenperin telah melakukan upaya melalui kebijakan-kebijakan, di antaranya penguatan struktur industri barang-barang karet, memfasilitasi pemberian insentif untuk industri berteknologi tinggi maupun industri berorientasi ekspor; serta pengembangan kawasan industri.
Haris menambahkan, program peningkatan konsumsi karet alam lokal, perlu diiringi pula dengan program keberlanjutan dan pengembangan industri yang sudah ada.
Contohnya, industri ban, sebagai industri yang menyerap 45 persen atau sekitar 270 ribu ton dari total konsumsi karet alam dalam negeri.
Apalagi, produk ban dalam negeri merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia.
Dari total produksi, 70 persen diperuntukkan bagi pasar ekspor dengan nilai mencapai 1,5 miliar dollar AS per tahun.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017