• Beranda
  • Berita
  • Indonesia kini punya terapi baru pengobatan kanker paru

Indonesia kini punya terapi baru pengobatan kanker paru

7 Oktober 2017 16:45 WIB
Indonesia kini punya terapi baru pengobatan kanker paru
Spesialis patologi anatomi dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, dr. Evalina Suzana. (ANTARA News/ Lia Wanadriani Santosa)
Jakarta (ANTARA News) - Pengobatan kanker paru di Indonesia saat ini tak lagi hanya mengandalkan bedah, kemoterapi dan radioterapi. Kini, ada terobosan baru yang sudah bisa dilakukan juga, yakni di bidang imunoterapi.

“Temuan baru di bidang imunoterapi ini adalah terbobosan penting dalam terapi kanker, terutama kanker paru. Memang sebelumnya sudah ada terapi target yang juga bersifat sangat individual," ujar Spesialis patologi anatomi dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, dr. Evalina Suzana di Jakarta, belum lama ini.
 
Dia menjelaskan, sebelum pasien kanker paru diputuskan mendapatkan imunoterapi, dia harus menjalani pemeriksaan biomarker PD-L1.

Hal ini untuk menunjukkan bahwa sifat sel kanker memiliki PD-L1,yang merupakan target dari imunoterapi pembrolizumab serta mendukung hasil terapi.  

Jika PD-L1 terbukti positif, maka sel kanker akan merespon dengan baik pengobatan pembrolizumab. Hasil penelitian menunjukkan, lebih dari 50 persen pasien kanker paru yang diberikan pembrolizumab memiliki harapan hidup lebih panjang.

“Pembrolizumab disebut pengobatan imunoterapi karena cara kerjanya mengaktifkan kembali sel imun sehingga dapat mengenali dan menghancurkan sel-sel kanker. Sifat imortal sel kanker dibebaskan dengan obat ini, sehingga program kematian sel oleh sistem imun akan bekerja normal kembali,”" jelas Evelina.

Untuk itu, kini pemeriksaan PD-L1 sudah menjadi standar diagnostik untuk kanker paru. “

Kemudian, sebagai kelanjutan standar diagnostic tes PD-L1, saat ini sedang berlangsung pelatihan di 14 center patologi anatomi di rumah sakit kelas A (tersier) di seluruh Indonesia antara lain di RSCM, RS Persahabatan, RS Fatmawati di Jakarta.

Lalu, RS Adam Malik di Medan, RS Sanglah di Bali, RS dr Soetomo di Surabaya, RS dr. Kandou di Manado, RS dr Karyadi di Semarang, RS dr Sardjito di Yogyakarta, RS Hasan Sadikin di Bandung.

"Diharapkan dalam sebulan sampai dua bulan ini rumah sakit tersebut sudah bisa melakukan tes PD-L1," tutur” Evalina.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017