"Saat pasukan operasi anti-ISIS merebut kendali kota tersebut dan mengalahkan kelompok-kelompok bersenjata, lebih dari 3.000 migran gelap ditemukan di dalam pusat penahanan, bersiap menyeberang dari Libya ke Eropa menggunakan perahu," kata Basim Al-Gharabi, Kepala Biro Anti-Imigran Gelap Sabratha, dalam konferensi pers.
"Migran dalam jumlah besar ini meliputi warga Afrika, Arab dan Asia. Mereka ditahan dalam kondisi yang tidak berperikemanusiaan. Kami menemukan puluhan anak dan perempuan hamil. Beberapa migran memberi tahu kami mereka sudah sepekan tidak diberi makan," ia menambahkan.
Al-Gharabi juga mengatakan satu tempat perlindungan sedang disiapkan untuk menampung migran di Sabratha melalui kerja sama dengan Organisasi Internasional bagi Migrasi.
Pejabat senior tersebut merujuk pentingnya campur-tangan pemerintah dan masyarakat internasional untuk memulangkan ribuan migran gelap ke negara asal mereka.
Sabratha adalah salah satu tujuan penyelundupan terbesar di Libya menurut beberapa organisasi internasional.
Para penyelundup memanfaatkan kondisi tidak aman dan kacau di negeri tersebut untuk menyelundupkan ribuan migran menggunakan perahu rapuh untuk menyeberangi Laut Tengah menuju pantai Eropa. Banyak di antara mereka menemui ajal dalam pelayaran semacam itu, demikian menurut siaran kantor berita Xinhua. (Uu.C003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017