"Tari Saman Gayo Aceh Lues, pergelaran kain nusantara, lagu-lagu indonesia, dan kuliner nasional membuka pameran Wonders of Indonesia 2017 di Galeri Nasional Bulgaria," demikian Pejabat Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya Kedutaan Besar Indonesia di Sofia, Nurul Sofia, Minggu.
Penampilan 15 orang penari kelompok tari Saman Gayo dipimpin Kepala Dinas Pariwisata Gayo Lues, Syafruddin, memukau penonton. Walaupun cuaca cukup dingin, tamu tetap semangat menikmati peragaan busana kain nusantara yang dibawakan mode Bulgaria termasuk di antaranya Miss Bulgaria.
Sekitar 400 tamu dari kalangan diplomatik, pemerintah, pengusaha, dan Indonesianis mendapatkan souvenir berbagai produk indonesia seperti Kopi Bali dan Indomie, serta berbagai brosur paket wisata yang ditawarkan travel agent setempat untuk ke Indonesia.
Duta Besar Indonesia untuk Bulgaria, Astari Rasjid, menjadi tuan rumah.
Promosi terpadu Indonesia akan berlangsung selama dua bulan hingga November 2017, publik Bulgaria dapat mengunjungi pameran kain, artefak, dan perhiasan Indonesia di Galeri Nasional Bulgaria itu.
Promosi terpadu Indonesia akan berlangsung selama dua bulan hingga November 2017, publik Bulgaria dapat mengunjungi pameran kain, artefak, dan perhiasan Indonesia di Galeri Nasional Bulgaria itu.
Berbagai pesona kain tenun, songket, dan batik dari tahun 1900-an koleksi Rumah Pesona Kain, Yayasan Batik Indonesia, dan pribadi dipamerkan di ruang utama galeri bersama artefact nusantara dan perhiasan dari era majapahit.
Di gedung Galeri Nasional Bulgaria sebelumnya adalah Istana dipamerkan 11 lukisan koleksi Galeri Nasional Indonesia serta koleksi pribadi Rasjid, antara lain karya Affandi berjudul Perahu-perahu, karya Popo Iskandar (Kucing), AD Pirous (Kaligrafi Biru), serta karya-karya pelukis Fajar Sidik, Nyoman Arsana, Batara Lubis, I Ketut Tagen, Sentot, Hatta Hambali, Mulyadi, Teguh Ostenrik, Hendra Gunawan, Dewa Putu Bedil, Dewa Putu Mokoh, serta seniman kontemporer Indonesia lain.
Kurator Galeri Nasional Indonesia, Citra Smara Dewi, mengatakan, pemilihan lukisan mewakili dinamika seni Indonesia pada masa setelah kemerdekaan antara 1950-1980 diwarnai dengan berbagai aliran seperti realisme, ekspresionisme, decorative hingga abstrak.
Kegiatan pameran ini merupakan rangkaian Festival Indonesia Beyond Europalia 2017 dimulai sejak Agustus 2017 dimana pekan film indonesia ditayangkan dalam festival film Love is Folly di kota varna, ibu kota musim panas Bulgaria.
Menurut Rasjid, berbagai kegiatan dalam rangkaian festival ini merupakan tindak lanjut nota kesepahaman kerjasama di bidang kebudayaan Indonesia-Bulgaria pada 2016 lalu.
Di gedung Galeri Nasional Bulgaria sebelumnya adalah Istana dipamerkan 11 lukisan koleksi Galeri Nasional Indonesia serta koleksi pribadi Rasjid, antara lain karya Affandi berjudul Perahu-perahu, karya Popo Iskandar (Kucing), AD Pirous (Kaligrafi Biru), serta karya-karya pelukis Fajar Sidik, Nyoman Arsana, Batara Lubis, I Ketut Tagen, Sentot, Hatta Hambali, Mulyadi, Teguh Ostenrik, Hendra Gunawan, Dewa Putu Bedil, Dewa Putu Mokoh, serta seniman kontemporer Indonesia lain.
Kurator Galeri Nasional Indonesia, Citra Smara Dewi, mengatakan, pemilihan lukisan mewakili dinamika seni Indonesia pada masa setelah kemerdekaan antara 1950-1980 diwarnai dengan berbagai aliran seperti realisme, ekspresionisme, decorative hingga abstrak.
Kegiatan pameran ini merupakan rangkaian Festival Indonesia Beyond Europalia 2017 dimulai sejak Agustus 2017 dimana pekan film indonesia ditayangkan dalam festival film Love is Folly di kota varna, ibu kota musim panas Bulgaria.
Menurut Rasjid, berbagai kegiatan dalam rangkaian festival ini merupakan tindak lanjut nota kesepahaman kerjasama di bidang kebudayaan Indonesia-Bulgaria pada 2016 lalu.
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017