• Beranda
  • Berita
  • Menjaring wisatawan Eropa melalui Festival Europalia

Menjaring wisatawan Eropa melalui Festival Europalia

12 Oktober 2017 12:15 WIB
Menjaring wisatawan Eropa melalui Festival Europalia
Seorang pengunjung mengamati artefak emas Bali bernilai tinggi di Festival Seni Europalia Indonesia di Brussel, Belgia, Kamis (12/10). Ratusan artefak langka dan bernilai tinggi dari berbagai daerah di Indonesia dipamerkan dalam festival itu yang berlangsung sampai 21 Januari 2018. (Ahmad Wijaya)
Brussel (ANTARA News) - Ratusan artefak kuno dan bernilai tinggi serta pentas seni budaya Indonesia ditampilkan penuh selama 104 hari di sejumlah negara Eropa.

Atas kerja sama Pemerintah Kerajaan Belgia dan Pemerintah Indonesia, potensi seni dan budaya nasional diresmikan dan dimulai berlangsung di Brusels, Belgia, dalam Festival Seni Europalia Indonesia selama 104 hari, dimulai 10 Oktober 2017-21 Januari 2018.

Indonesia dalam perhelatan seni dan budaya multidisiplin bergengsi terbesar yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali ini melibatkan lebih dari 486 seniman dan budayawan Indonesia pada 226 program acara di beberapa kota di Belgia dan juga enam negara Eropa lain yakni Inggris, Belanda, Jerman, Austria, Prancis dan Polandia.

Bagi Indonesia ditunjuk sebagai Negara Tamu Kehormatan tampil di Europalia ini bukan tanpa sebab dan alasan, sehingga Indonesia patut berbangga karena Indonesia negara pertama di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) yang tampil pada festival bergengsi di Belgia.

Sementara kalau di kawasan Asia, Indonesia merupakan negara keempat yang menjadi Negara Tamu Kehormatan tampil pada festival itu, setelah China, India, dan Jepang.

Pihak Europalia memandang Indonesia sebagai negara multi-etnik dengan keragaman budayanya dan sudah saatnya mendapat perhatian dari masyarakat Eropa yang semakin majemuk.

Selain itu sebagai negara kepulauan yang luas dengan lebih 13.000 pulau yang membentang lebih dari 5.000 kilometer dari timur ke barat, dengan sekitar 255 juta penduduk, 300 kelompok etnis dan lebih dari 700 bahasa, menjadikan pihak penyelenggara patut Indonesia tampil di Europalia.

Europalia Indonesia ingin memberikan pandangan terbaru tentang budaya dan seni Indonesia dan menunjukkan bahwa tidak hanya satu melainkan banyak Indonesia, yang mana budayanya sangat beragam dan kaya.

Kekayaan akan perbedaan geografis, ekonomi dan sosial membuat Indonesia memiliki budaya yang terus bergerak dan beraneka ragam di mana seni visual, arsitektur, desain, sastra, musik, teater, tari dan film berpadu bersama.

Europalia Arts Festival Indonesia akan mengangkat tiga tema besarnya yaitu "Ancestors and Rituals, Biodiversity dan Exchange". Ketiganya ditampilkan melalui lima program seni pertunjukan, sastra, pameran, musik, dan film.

Dalam Europalia Arts Festival Indonesia akan disajikan berbagai kegiatan seperti pameran, musik, seni pertunjukan, sastra, hingga film.

Ajang ini akan melibatkan sebanyak 486 pekerja seni dalam pelaksanaan 226 karya dan program kegiatan, 69 pertunjukan tari dan teater, 71 musik, 36 sastra, 38 film dan 14 pameran.

Dari beberapa seniman sastra puisi dan prosa yang berangkat ke Brussels, nama-nama penulis yang berpartisipasi dalam memeriahkan ajang festival seni tersebut diantaranya adalah Margareta Asmatan, lksaka Banu, Norman Erikson Pasaribu, Ben Sahib, Zubaidah Djohar, Godi Sawarna, Tan Lioe Ie, Intan Paramadhita, dan Ayu Utami.

Adapun untuk tema-tema film yang akan ditampilkan di ajang Europalia 2017 di Belgia adalah sosial, anak-anak urban, seni tempat tinggal, agama, wanita, makanan, politik, dan seni sinema.

Raja Belgia Philippe Lopold Louis Marie dan Ratu Mathilde saat membuka festival tersebut pada Selasa (10/10) sangat tertarik untuk menyimak dan melihat seratusan artefak kuno dari berbagai daerah Indonesia yang ditampilkan di Europalia Arts Festival Indonesia.

Raja dan ratu yang didampingi Wakil Presiden RI dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla terlihat sangat serius memperhatikan dan mendengarkan dari seorang ahli sejarah setiap artefak yang ditampilkan.

Bahkan, Raja dan Ratu Belgia beberapa kali berputar di beberapa artefak untuk melihat secara rinci penjelasan tertulis di sisi kiri bawah masing-masing artefak.

Beberapa artefak kuno yang ditampilkan, antara lain, terbuat dari kayu, perunggu, emas, perak, dan batu, seperti dari Sumateta Utara, Sulawesi Selatan, Jawa, NTT, NTB, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua.

Bukan saja melihat seratusan artefak, Wapres mengajak Raja dan Ratu Belgia serta rombongan menyaksikan sejumlah tari tradisional Indonesia. Pertunjukan tari, gerak, dan nyanyi adalah Nani Topeng Losari, Suara Papua, dan Saman Gayo Lues.

Rampai Indonesia merupakan tajuk yang dicanangkan melekat pada berbagai persembahan yang dipersiapkan dengan matang dan melalui kerja keras para pelaku dan pencipta seni dan budaya yang lahir dari talenta-talenta muda, baik melalui tradisi maupun sekolah-sekolah tinggi seni yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Dari perhelatan seni dan budaya multidisiplin ini diharapkan akan terjadi interaksi antarpelaku, penikmat, pencinta,
dan penggagas ajang kesenian dan kebudayaan dari publik dunia.



Promosi pariwisata

Sisi lain yang bisa dimanfaatkan dari penyelenggaraan Europalia bagi Indonesia selain memamerkan kekayaan budaya, adalah menjadi ajang promosi pariwisata bagi warga Eropa.

Kementerian Pariwisata menjadikan Europalia Arts Festival Indonesia 2017 yang berlangsung di Belgia sebagai ajang untuk mempromosikan objek wisata Indonesia, mengingat wisatawan asal Eropa selama ini sangat potensial.

Kemenpar beranggapan meskipun Europalia lebih banyak menampilkan budaya tapi kegiatan itu juga tak lepas dari produk pariwisata.

Dinilai ajang promosi penting karena wisatawan asal Eropa selama ini tercatat sebagai pelancong dengan jumlah terbesar kedua setelah China yang datang ke Indonesia.

Wisatawan Eropa yang datang ke Indonesia mencapai 2-2,2 juta orang setiap tahun, terbesar dari Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, dan Rusia.

Manfaat Europalia dijadikan ajang promosi pariwisata disebabkan 60-65 persen wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia tertarik alam dan budaya, sementara sisanya untuk tujuan olahraga.Jadi festival itu memang tepat untuk mempromosikan seni dan budaya Indonesia.

Europalia sebenarnya bukan ajang promosi pariwisata bagi Indonesia karena ajang pameran wisata terbesar sesungguhnya adala ITB Berlin di Jerman setiap Maret dan WTM di Inggris setiap November.

Dari sisi pariwisata, kebudayaan merupakan salah satu potensi dan kekuatan Indonesia sebagai destinasi wisata, khususnya wisatawan asal Eropa sehingga kegiatan ini harus dikomunikasikan lebih luas ke negara sumber pasar wisatawan mancanegara, khususnya wilayah Eropa.

Kementerian Pariwisata tentu berharap dengan mempromosikan kegiatan ini, pada akhirnya meningkatkan citra kekayaan dan keragaman budaya Indonesis yang pada akhirnya meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, khususnya dari Eropa.

Oleh Ahmad Wijaya
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017