Menurut siaran pers yang diterima Antara dari Kedutaan Maroko di Jakarta, Sabtu, sekitar 30 pengusaha Maroko yang berasal dari tiga wilayah yaitu Fez-Meknes, Souss-Massa dan Kota Casablanca menandatangani nota kesepahaman dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta dan Banten pada Kamis (12/10).
Salah satu isi dari kesepakatan tersebut, kedua belah pihak setuju untuk meningkatkan perdagangan dan mengekslorasi peluang-peluang investasi yang ada.
Pada akhir kunjungan ke Indonesia, delegasi Maroko yang dipimpin Duta Besar Maroko untuk Indonesia Ouadi Benabdellah bertemu dengan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita untuk membicarakan kerjasama dalam konteks yang lebih luas.
Dalam pertemuan tersebut, baik Enggartiasto maupun Benabdellah sama-sama setuju adanya Kesepakatan Dagang Khusus dalam memfasilitasi dan meningkatkan perdagangan antara Kerajaan Maroko dan Republik Indonesia, adalah hal yang sangat mendesak dan penting.
Sebagai bentuk dukungan atas pernyataan Presiden Joko Widodo pada saat pembukaan Trade Expo Indonesia (TEI) di Tangerang pada Rabu (11/10), Benabdellah menegaskan bahwa Maroko siap menjadi pintu masuk bagi pasar non-tradisional Indonesia, terutama untuk kawasan Afrika.
Kunjungan delegasi Maroko tersebut diharapkan akan menjadi kesempatan yang baik untuk mempertemukan asosiasi pengusaha kedua negara untuk membangun jembatan kerjasama, terutama setelah diberlakukannya bebas visa.
Dubes Benabdellah sebelumnya saat menjamu pengusaha Indonesia di kediamannya menegaskan bahwa jarak ribuan mil antara antara kedua negara bukanlah halangan untuk mengembangkan berbagai bentuk kerjasama, termasuk di bidang perdagangan.
"Jarak sudah tidak berarti sekarang karena dunia seperti semakin kecil dengan adanya internet, dan dalam hitungan detik Anda bisa membeli apa saja dan dari mana saja," kata Benabdellah.
Pemerintah Maroko saat ini sedang menjalin kerjasama dengan Kementrian Perdagangan Indonesia untuk mengembangkan dan memperluas kerjasama yang sudah ada.
"Ada daftar produk yang bisa dipertukarkan kedua negara sehingga memberikan kesempatan kepada para pengusaha untuk bekerjasama dan saling membantu," katanya.
Meski Indonesia dan Maroko memiliki hubungan yang sangat erat sejak era Soekarno, namun secara ekonomi, hubungan dagang kedua negara termasuk rendah.
Menurut data dari Kementerian Perdagangan RI, volume perdagangan Indonesia dan Maroko masih sangat rendah karena hingga 2016, hanya mencapai total 134 juta dolar AS.
Tapi penguatan kerjasama perdagangan Indonesia dan Maroko bisa ditingkatkan melalui komoditas kopi. Kopi Gayo dan Toraja merupakan komoditas yang sangat digemari di negara di ujung timur benua Afrika itu.
Selain kopi, komoditas lain yang juga berpotensi untuk dikembangkan adalah alat-alat besi, garmen dan pupuk kimia.
(T.a032/N002)
Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017