Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi fondasi pembangunan ekonomi yang saat ini tengah digalakkan pemerintah.Babak kedua adalah secara besar-besaran pembangunan SDM 'vocational training' ..."
"Kalau kita maju hanya konsolidasi ekonomi hanya mau stabilisasi ekonomi kita senang, tapi fondasi tidak akan pernah kita bangun, dan tembok tidak akan pernah kita selesaikan. Menurut saya kita harus bergerak ke tempat lain, bergerak ke pembangunan sumber daya manusia," kata Presiden Joko Widodo dalam wawancara khusus dengan LKBN Antara menyambut tiga tahun Pemerintahan Jokowi-JK di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (16/10).
Pembangunan SDM itu yang kemudian menentukan visi pembangunan itu sendiri.
"Ini membangun rumah kan baru membuat fondasinya, terus temboknya ini kan juga harus dibangun. Kadang-kadang memang sakit, kadang memang pahit karena masih kehujanan, atapnya belum (jadi) kok, tapi itu harus kita yakini bahwa kita menuju ke sebuah rumah yang baik dengan atap yang baik sehingga kita tidak kepanasan dan kehujanan. Kita harus ke arah bagaimana infrastruktur menjadi modal untuk berdaya saing," tambah Presiden.
Untuk membangun SDM berkualitas itu, Presiden juga menilai kebutuhan untuk membuka sekolah-sekolah kejuruan dan universitas-universitas yang memiliki fakultas dengan inovasi tertentu.
"Babak kedua adalah secara besar-besaran pembangunan SDM vocational training, sekolah vokasi politeknik, kemudian universitas-universitas fakultasi inovasi. Semua ada fakultas digital ekonomi, fakultas manajemen logistik, fakultas manajemen toko online, arahnya ke depan semuanya," ungkap Presiden.
Selain mendirikan sekolah, Presiden tidak lupa untuk memperhatikan kebutuhan gizi anak-anak khususnya di daerah.
"Coba dilihat, kenapa saya tiap ke daerah selalu membagikan makanan tambahan, pernah ikut berapa puluh kali? Saya sendiri membagikan makanan tambahan itu arahnya ke gizi bagi ibu hamil dan balita," ungkap Presiden.
Apalagi, menurut Kepala Negara dan Pemerintahan RI, di daerah juga ditemukan kondisi stunting, yaitu masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
"Tapi, hasilnya baru akan kelihatan nanti, 20 hingga 30 tahun ke depan karena yang kita arahkan sekarang ini pada bayi, balita, ibu-ibu hamil. Saya kira banyak yang tidak menyadari pentingnya itu. Tidak mungkin yang sudah stunting terus kita suntikkan terus kan? Tidak seharusnya di umur-umur itu. Usia satu hingga 12 tahun itu penting sekali karena merupakan usia emas," demikian Presiden Joko Widodo.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017