Dalam ritual yang digelar setiap Bulan Sura yakni pada Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon itu, puluhan abdi dalem mencuci kereta pusaka milik Keraton Yogyakarta menggunakan air yang dicampur dengan jeruk nipis. Ada dua kereta yang dicuci pada prosesi jamasan kali ini, yakni Kereta Kanjeng Nyai Jimat dan Kereta Kyai Manik Retno.
Putri Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu mengatakan ritual jamasan sebagai bentuk perawatan rutin terhadap pusaka-pusaka milik keraton.
"Ini merupakan hajat dalem, perawatan rutin untuk membersihkan pusaka keraton," kata Hayu yang ditemui di sela acara jamasan.
Kereta Kanjeng Nyai Jimat menjadi kereta pusaka utama yang dijamas pada ritual tahun ini. Kereta Kanjeng Nyai Jimat ini dibuat tahun 1750 dan digunakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I hingga Sri Sultan Hamengku Buwono III.
Sedangkan, Kereta Kyai Manik Retno dibuat pada 1815. Kereta berbahan dasar kayu, kulit, dan perunggu itu merupakan kereta yang digunakan Sultan HB IV hingga HB V untuk pesiar atau jalan-jalan.
Prosesi ritual itu mengundang perhatian warga Yogyakarta, wisatawan domestik hingga mancanegara.
Seorang warga Godean, Kabupaten Sleman, Sutopo (60) mengaku datang ke Museum Kereta Keraton tidak sekadar untuk menyaksikan prosesi ritual itu.
Seperti kebanyakan warga lainnya, ia datang dengan membawa botol bekas minuman kemasan yang digunakan untuk memgambil air sisa jamasan yang dipercaya membawa keberkahan.
"Air ini nanti saya masukkan di bak mandi, sisanya saya siramkan di halaman rumah. Ya supaya mendatangkan berkah dan mempermudah rizki," kata dia.
Kereta Kanjeng Nyai Jimat menjadi kereta pusaka utama yang dijamas pada ritual tahun ini. Kereta Kanjeng Nyai Jimat ini dibuat tahun 1750 dan digunakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I hingga Sri Sultan Hamengku Buwono III.
Sedangkan, Kereta Kyai Manik Retno dibuat pada 1815. Kereta berbahan dasar kayu, kulit, dan perunggu itu merupakan kereta yang digunakan Sultan HB IV hingga HB V untuk pesiar atau jalan-jalan.
Prosesi ritual itu mengundang perhatian warga Yogyakarta, wisatawan domestik hingga mancanegara.
Seorang warga Godean, Kabupaten Sleman, Sutopo (60) mengaku datang ke Museum Kereta Keraton tidak sekadar untuk menyaksikan prosesi ritual itu.
Seperti kebanyakan warga lainnya, ia datang dengan membawa botol bekas minuman kemasan yang digunakan untuk memgambil air sisa jamasan yang dipercaya membawa keberkahan.
"Air ini nanti saya masukkan di bak mandi, sisanya saya siramkan di halaman rumah. Ya supaya mendatangkan berkah dan mempermudah rizki," kata dia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017