Weiss mengaku cukup terkejut dengan perkembangan renovasi Istana Olahraga (Istora) di Kompleks Gelanggang Olahraga (Gelora) Bung Karno, Senayan, yang nantinya akan dijadikan arena bola basket jika Piala Dunia FIBA digelar di Jakarta.
"Kami sudah datang ke Indonesia pada awal Juli lalu dan melihat proses yang sudah berjalan saya pikir para pekerja di Indonesia tidak bekerja 24 jam tetapi 48 jam sehari. Semua berjalan dengan baik," ujar Weiss usai melakukan pantauan langsung di Istora Senayan, Jakarta, Rabu.
Menurut Weiss dengan pengerjaan yang berlangsung Istora Senayan telah memiliki fasilitas yang mumpuni untuk menyelenggarakan turnamen bola basket internasional.
Namun, Weiss tidak bisa memastikan peluang Indonesia dalam pencalonan tuan rumah Piala Dunia FIBA tersebut.
"Kami sudah datang ke Indonesia pada awal Juli lalu dan melihat proses yang sudah berjalan saya pikir para pekerja di Indonesia tidak bekerja 24 jam tetapi 48 jam sehari. Semua berjalan dengan baik," ujar Weiss usai melakukan pantauan langsung di Istora Senayan, Jakarta, Rabu.
Menurut Weiss dengan pengerjaan yang berlangsung Istora Senayan telah memiliki fasilitas yang mumpuni untuk menyelenggarakan turnamen bola basket internasional.
Namun, Weiss tidak bisa memastikan peluang Indonesia dalam pencalonan tuan rumah Piala Dunia FIBA tersebut.
"Saya belum bisa memberitahukannya saat ini. Yang pasti jika memang dilaksanakan di sini, hal itu bagus untuk perkembangan bola basket Indonesia seiring dengan ramainya penonton yang datang memberikan dukungan," tutur dia.
Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) sekaligus Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara (SEABA), Erick Thohir, menyebut Istora Senayan siap menyelenggarakan Piala Dunia FIBA tetapi dengan beberapa perbaikan tambahan.
Menurut Erick, isu utama yang ada saat ini adalah ruang ganti pemain untuk para pebola basket dunia yang bertinggi badan rata-rata dua meter.
"Istora Senayan siap 100 persen pada Desember 2017 nanti dan akan menjadi arena pelaksanaan cabang olahraga bulu tangkis dan bola basket putra Asian Games 2018," kata Erick.
"Akan tetapi, untuk Piala Dunia FIBA 2023, dari 100 persen itu kami harus menambah 20 persen lagi untuk membangun ruang ganti. Posisi gedungnya akan ada di belakang. Apakah nantinya gedung itu permanen atau tidak, akan diputuskan kemudian," ujarnya menambahkan.
Poin Penting
Erick mengungkapkan ada tiga poin penting yang dibahas pihak Indonesia, termasuk Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi), dalam rapat kedua dengan FIBA terkait Piala Dunia FIBA 2023 yang digelar hari ini, Rabu.
Poin Penting
Erick mengungkapkan ada tiga poin penting yang dibahas pihak Indonesia, termasuk Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi), dalam rapat kedua dengan FIBA terkait Piala Dunia FIBA 2023 yang digelar hari ini, Rabu.
Pertama adalah arena. Erick mengatakan, Istora masih menjadi pembicaraan karena rencana awal arena itu hanya digunakan untuk pertandingan bulu tangkis di Asian Games 2018.
"Sebelumnya kompetisi bola basket Asian Games 2018 akan dipertandingkan di Britama Arena, tetapi kini sudah diputuskan pindah ke Istora. Jadi kalau laga bola basket Asian Games aja di sana, berarti sangat memungkinan untuk Piala Dunia," ujar dia.
Kedua, FIBA dan perwakilan Indonesia membicarakan perihal persiapan tim nasional Indonesia yang, kalau menjadi tuan rumah, akan bertanding di Piala Dunia 2023.
Erick menuturkan, untuk hal ini dia yakin mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah.
"Pemerintah saat ini melakukan terobosan bagaimana cabang-cabang olahraga prioritas menjadi ujung tombak. Tentu ini positif bagi bola basket Indonesia yang saat ini kekuatannya nomor dua di Asia Tenggara. Nantinya, Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Perbasi bisa bermitra membuat pemusatan latihan (TC) jangka panjang bagi timnas," kata dia.
Soal ketiga atau terakhir yang ditekankan dalam pertemuan FIBA dengan perwakilan Indonesia yaitu kerja sama antara Indonesia, Filipina dan Jepang yang sebagai tuan rumah bersama Piala Dunia FIBA 2023.
Erick mengungkapkan perihal ketiga negara yang jaraknya jauh. Meskipun demikian, ketiga negara dianggap tetap berpeluang karena di masa sekarang Asia semakin sering mengadakan turnamen tingkat dunia, seperti Jepang yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade 2020.
"Indonesia pun akan mendapatkan pengalaman berharga dari Asian Games 2018 sehingga ketiga negara itu bisa saling belajar untuk menggelar Piala Dunia FIBA ini," tutur dia.
Di samping itu, didapatkan kesan bahwa federasi bola basket dunia itu menganggap kerja sama Indonesia, Jepang dan Filipina untuk menggelar Piala Dunia 2023 adalah sesuatu yang menarik.
Selain besarnya populasi penduduk ketiga negara yang jika dijumlahkan mencapai 500 juta jiwa, Indonesia, Jepang, Filipina pun memiliki latar belakang budaya yang tidak biasa.
"Itu adalah sesuatu yang unik. Jadi menarik melihat bagaimana ketiga negara bisa melakukan sesuatu yang besar secara bersama-sama," kata Erick Thohir.
Indonesia, Jepang dan Filipina menjadi kandidat tuan rumah bersama Piala Dunia FIBA tahun 2023, bersaing dengan calon lainnya yaitu Rusia, Turki serta dua negara yang juga menjadi tuan rumah bersama Argentina dan Uruguay.
Kalau terwujud, penyelenggaraan bersama tiga negara tersebut adalah yang pertama kalinya sepanjang sejarah Piala Dunia FIBA. Andai terpilih menjadi tuan rumah, Indonesia, Jepang dan Filipina akan langsung lolos ke putaran final Piala Dunia 2023 dan menjadi bagian dari 32 tim yang bertanding.
FIBA akan mengumumkan tuan rumah Piala Dunia Bola Basket 2023 itu pada Desember 2017.
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017