"Kita melihat prospek ini dengan jernih yang sangat bergantung pada kesiapan kita membangun kekuatan daya saing yang kita miliki," kata Ngakan dalam diskusi "Indonesia and Chinas Belt and Road Innitiative: How Fast, How Soon, How Much And How Active Should Our Engagement be?" di Jakarta, Sabtu.
Diskusi itu merupakan rangkaian acara dari Konferensi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia yang ke-3 yang mengangkat tema "Win-Winning ASEAN, Conquering Globalization". Konferensi itu menyoroti 50 tahun berdirinya ASEAN (Persatuan Negara-Negara Asia Tenggara) dan globalisasi.
Sebelumnya, OBOR diinisiasi oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping pada Oktober 2013 dengan fokus kawasan di Eurasia. Itu merupakan adaptasi modern Jalur Sutra dari Marco Polo pada masa lalu dengan China sebagai satu kawasan utamanya.
Tiongkok berambisi membangun jaringan infrastruktur global untuk mendorong perdagangan dan ekonomi Asia, Eropa dan Afrika.
Ngakan menuturkan Indonesia harus mampu memanfaatkan kesempatan seperti meningkatkan arus perdagangan dan pemasaran produk dengan adanya inisiatif tersebut.
Menurutnya, Indonesia dapat menjadi ladang bagi pemasaran produk negara-negara lain mengingat populasi Indonesia sekitar 250 juta orang.
Untuk itu, dia mengatakan Indonesia harus meningkatkan daya saing dan memperkuat industri manufaktur sehingga dapat menjadi pemain bukan semata-mata jadi sasaran pasar negara lain.
"Kita harus siap memperkuat sistem dalam kita baik untuk pemasaran domestik maupun infiltrasi ke pasar ekspor," tuturnya.
Dia mengatakan jika lintasan telah siap maka arus barang akan mengalir masif seperti dari Tiongkok dan Asia dan sebaliknya.
Kesempatan pemasaran seperti itu harus dimanfaatkan agar memberikan manfaat bagi Indonesia.
"Ada atau tidaknya One Belt One Road ini Indonesia sebenarnya sudah in line (sejalan) untuk membangun sub-sub faktor untuk meningkatkan pembangunan, bangsa seperti infrastruktur, faktor utama untuk meningkatkan daya saing kita tentu konektivitas penting," ujarnya.
Selain dari segi ekonomi, dia mengatakan ada pengaruh politik terkait sumber daya yang dimiliki negara sepanjang lintasan dan manfaatnya bagi negara-negara tersebut.
Untuk siap bersaing, persiapan dalam negeri juga harus matang seperti pembangunan infrastruktur, penguatan industri dalam negeri serta pembangunan kapasitas sumber daya manusia.
"Ke depan kita tidak akan bisa maju jika sumber daya manusia kita tidak kuat," ujarnya.
Untuk itu bonus demografi dengan 250 juta penduduk harus dimanfaatkan agar menjadi penggerak ekonomi, bukan beban.
(T.M052/A039)
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017