TNI AD bangun rumah sakit tentara di Manokwari

22 Oktober 2017 20:19 WIB
TNI AD bangun rumah sakit tentara di Manokwari
Dokumentasi Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Moelyono, saat menyerahkan tongkat komando dan panji-panji satuan kepada Panglima Kodam XVIII/Kasuari, Mayor Jenderal TNI Joppey O Wayangkau, di Papua, beberapa waktu lalu. (wali.co.id)
Manokwari, Papua Barat (ANTARA News) - Komando Daerah Militer XVIII/Kasuari di Papua Barat membangun Rumah Sakit TNI AD di Warmare, Manokwari.

Panglima Kodam XVIII/Kasuari, Mayor Jenderal TNI Joppey Onesimus Wayangkau, pada peletakan batu pertama pembangunan rumah sakit itu, Minggu, mengatakan, Warmare kelak akan menjadi markas komando Batalion Infantri 761.

"Sebagai pendukungnya, pembangunan rumah sakit kita dahulukan. Rumah sakit ini kelak bisa dimanfaatkan oleh TNI dan masyarakat secara umum," kata Wayangkau.

Dia mengutarakan, dokumen rencanaan pembangunan gedung markas batalion infantri itu telah siap. Selain rumah sakit dan markas komando batalion infantri, di sana nanti akan dibangun sekolah kesehatan setingkat SMA.

"Saya mengucapkan terima kasih kepada masyarakat karena sudah menyoapkan lahan untuk pendirian Rumah Sakit Tentara. Ini besar manfaatnya baik bagi TNI maupun masyarakat umum," katanya.

Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, pada kesempatan itu, menyatakan, pembangunan markas komando batalion infantri serta rumah sakit merupakan kepentingan bangsa dan negara.

Pembangunan ini akan memberi manfaat cukup besar bagi masyarakat, terutama yang berdomisili di wilayah Distrik warmare dan sekitarnya.

"Akan ada efek pengganda yang bisa dinikmati masyarakat. Daerah ini akan semakin ramai, itu bisa memacu pertumbuhan dunia usaha," katanya.

Dia juga menyampaikan terimakasih kepada para tokoh adat dan pemilik hak ulayat karena telah membebaskan tanah tersebut. Diharapkan kedepan tidak timbul masalah menyangkut lahan.

Ia meminta tokoh adat dan pemilik hak ulayat berkomitmen terus berkomunikasi dengan TNI. Ia juga mengimbau masyarakat tak lagi mengkonsumsi miras.

"Miras itu bisa merusak harga diri kita, jadi berhenti sudah. Ganti aktifitas yang positif, saatnya membangun daerah," katanya.

Pewarta: Toyiban
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017