Operasi militer di bagian selatan Filipina itu melibatkan pertempuran dalam kota yang menandai krisis keamanan terbesar negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
Serangan militer kubu pemerintah dihentikan setelah para tentara menewaskan semua petempur yang bersembunyi di sejumlah gedung di pusat Kota Marawi dan menolak menyerah.
Suara tembakan senjata otomatis masih terdengar pada Senin dan wartawan Reuters menyaksikan api di belakang sebuah masjid.
Mayat sekitar 40 militan dan dua dari istri mereka ditemukan di sana dan dua gedung yang berdekatan.
Ernesto Abella, juru bicara Presiden Rodrigo Duterte, mengatakan Filipina telah menang melawan "ancaman ekstremisme dan radikalisme paling besar di Filipina dan Asia Tenggara."
Sementara Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana menyatakan bahwa pasukan keamanan "berhasil menghancurkan infrastruktur kunci" milik kelompok ekstremis.
"Kami telah berkontribusi besar dalam menghentikan penyebaran kekerasan radikalisme dan ekstremisme di Asia," kata Lorenzana dalam pertemuan antar menteri pertahanan regional di Clark.
Para militan sempat membuat kewalahan pasukan militer yang tidak berpengalaman dalam pertempuran dalam kota, membuat banyak pihak khawatir ISIS akan menyebarkan pengaruh ke Muslim lokal dan menggunakan Mindanao sebagai basis operasi mereka di Asia Tenggara.
Kekhawatiran terus meningkat bersama perbaikan kemampuan organisasi aliansi militan lokal dan perekrutan petempur muda, serta keberhasilan mereka menarik simpati radikalis asing, mengumpulkan banyak senjata, dan bertahan 154 hari dari serangan darat dan udara.
Otoritas setempat mengatakan 920 anggota kelompok bersenjata, 165 tentara dan polisi, serta sedikitnya 45 warga sipil tewas dalam konflik lima bulan itu yang juga memaksa lebih dari 300.000 orang mengungsi.
Komandan satuan tugas di Marawi, Kolonel Romeo Brawner, mengatakan bahwa para tentara akan mengamankan kota tersebut dari militan yang mungkin masih hidup.
"Jika kami menemukan mereka, atau mereka mulai menyerang kami, maka kami harus mempertahankan diri," kata dia kepada sejumlah wartawan.
Setelah sempat kesulitan, militer mulai mudah memperoleh kemajuan dalam membebaskan Marawi sejak Isnilon Hapilon, yang merupakan emir ISIS di Asia Tenggara, dan Omarkhayam Maute, pemimpin kelompok bersenjata Maute, terbunuh.
Seorang tokoh lain yang diduga berperan sebagai sumber pendanaan asal Malaysia, Mahmud Aham, juga diduga tewas.
Juru bicara militer Mayor Jenderal Restituto Padila membenarkan bahwa aksi tembak-menembak masih berlangsung. Namun "tidak ada lagi teroris" mengingat mereka sudah kehilangan pemimpin.
"Mereka tidak lagi punya organisasi, dan tidak ada tempat untuk lari," kata dia sebagaimana dikutip Reuters.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017