BMKG: gempa Flores Timur tak berpotensi tsunami

24 Oktober 2017 21:35 WIB
BMKG: gempa Flores Timur tak berpotensi tsunami
Informasi gempa bumi Flores Timur yang terjadi Selasa (24/10/2017) di laman resmi BMKG. (BMKG)
Kupang (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kupang menyebut gempa bumi berkekuatan 6,6 skala Richter (SR) yang mengguncang wilayah perairan Flores Timur, Selasa sore, tidak berpotensi menimbulkan tsunami maupun merusak.


Pasalnya, menurut Kepala BMKG Kupang/Koordinator BMKG NTT Hasanuddin gempa tersebut berjenis hiposenter dalam atau deep focus earthquake.

"Meskipun gempa bumi tersebut berklasifikasi kuat, namun tidak berpotensi menimbulkan tsunami serta merusak karena masuk dalam kategori deep focus earthquake," kata Hasauddin saat dikonfirmasi Antara di Kupang, Selasa malam.

Sebelumnya, BMKG melaporkan gempa bumi tektonik berkekuatan 6,6 Skala Richter (SR) pada Selasa sore pukul 18.47 Wita, menguncang wilayah perairan Kabupaten Flores Timur dan sekitarnya.

Pusat gempa bumi berada di laut sekitar 106 km timur Flores Timur,dengan koordinat 7.36 Lintang Selatan dan 123.08 Bujur Timur di laut pada kedalaman 569 km.

Gempa bumi berkeluatan 6,6 SR tersebut dirasakan dengan skala MMI : III-IV Waingapu, III-IV Bima, II-III Denpasar, I-II Kupang, II Mataram, III-IV Sanglah, I-II Mataram, I-II Ambon, I-II Kairatu-SBB, serta skala I-II Namlea.

Ia menjelaskan, secara tektonik, di bawah zona Laut Flores dan Banda sebelah barat, merupakan zona pertemuan lempeng yang memiliki keunikan tersendiri.

Sebab, kata Hasanuddin, Lempeng Indo-Australia di bawah zona Laut Flores, menyusup curam ke bawah Lempeng Eurasia hingga kedalaman di atas 600 kilometer.

"Gempa bumi dalam dengan hiposenter dalam semacam ini merupakan fenomena menarik, karena sangat jarang terjadi," katanya menjelaskan.

Ia menambahkan jika ditinjau dari mekanisme sumbernya yang berupa kombinasi sesar turun dan mendatar dengan dominasi pergerakan turun (oblique turun), tampak bahwa aktivitas yang terjadi sangat mungkin masih dipengaruhi gaya tarikan slab lempeng ke bawah.

Dalam hal ini gaya tarikan lempeng ke bawah (slabpull) yang lebih dominan karena pada kedalaman Zona Transisi Mantel bagian bawah terjadi ketidakseimbangan gaya yang dipengaruhi gaya apung lempeng (slab buoyancy) dan dominasi ada pada gaya menarik lempeng ke bawah

"Aktifnya hiposenter dalam di Laut pada zona tersebut menjadi pertanda bahwa proses subduksi lempeng dalam di utara NTT hingga kini masih terus berlangsung," tambahnya.

Sementara itu Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Flores Timur Ilham mentakan gempa yang terjadi tidak terasa di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur.

"Kami di Larantuka tidak merasakan gempa tersebut. Sampai saat ini belum juga ada laporan dari wilayah kecamatan lain serta pulau-pulau sekitarnya terkait dampak gempa tersebut," katanya.

Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday juga mengatakan bahwa pihaknya tidak merasakan dampak dari gempa di perairan Flores Timur tersebut.

Wilayah Flores, khususnya di Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka pernah diguncang gempa hebat pada 12 Desember 1992 dengan kekuatan magnitude 7,8 SR yang kemudian memicu terjadinya tsunami setinggi 36 meter yang mengakibatkan lebih dari 1.000 orang tewas.


Berhamburan


Gempa bumi berkekuatan 6,6 SR yang melanda wilayah Kabupaten Flores Timur, Selasa sore, dirasakan guncangannya oleh masyarakat di Kota Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Getarannya dirasakan cukup keras, sehingga menyebabkan warga berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

"Getarannnya sangat keras sehingga saya memilih menyelamatkan diri keluar rumah," kata Eyen Engel Bert dan Sarcis Hala, warga kelurahan Naikoten II Kupang, Selasa.

Selain dirasakan masyarakat Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, getaran gempa ini juga dirasakan masyarakat di Kabupaten Manggarai, Sumba dan Sabu. 

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017