Wali Kota: warga Magelang jaga cagar budaya

28 Oktober 2017 06:37 WIB
Wali Kota: warga Magelang jaga cagar budaya
Arsip: Cagar Budaya Candi Banyunibo Wisatawan mengunjungi situs cagar budaya Candi Banyunibo di Dusun Cepit, Bokoharjo, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (11/7/2017). Candi Buddha yang memiliki satu candi induk dan enam candi perwara (pendamping) itu dibangun pada abad IX yang menggambarkan seorang Dewi Hariti atau dewi kesuburan dan ditemukan kembali pada tahun 1940. (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah) ()
Magelang (ANTARA News) - Masyarakat Kota Magelang, Jawa Tengah, memiliki tanggung jawab yang besar untuk secara bersama-sama menjaga berbagai bangunan cagar budaya guna mendukung kemajuan pembangunan daerah itu pada masa mendatang, kata Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito.

"Cagar budaya tersebut memiliki nilai historis yang tinggi, kita tingkatkan dan kembangkan rasa handarbeni (memiliki, red.) sebagai bagian dari handarbeni kota kita ini. Maka jaga warisan budaya ini," katanya di Magelang, Jumat (27/10) malam.

Ia mengatakan hal itu melalui sambutan tertulis yang dibacakan Wakil Wali Kota Magelang Windarti Agustina pada peringatan dua abad bangunan Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Bethel yang diselenggarakan dalam kemasan "Panggung Rekam Jejak Dua Abad Bangunan Cagar Budaya GPIB Kota Magelang" hingga menjelang tengah malam dengan antara lain menghadirkan bintang tamu, penyanyi dari Bali, Ayu Laksmi dan penari Bali berasal dari Jepang, Jasmine Okubo.

Sejumlah bangunan cagar budaya di sekitar alun-alun yang menjadi pusat Kota Magelang itu, antara lain Masjid Agung Kauman (1650), GPIB Bethel (1817), Kelenteng Liong Hok Bio (1864), Gereja Santo Ignatius (1900), sedangkan di Kompleks Akademi Militer di lembah Gunung Tidar juga berdiri Pura Wirabuana (1974).

Ia menyebut Kota Magelang yang telah berusia tua itu memiliki peninggalan sejarah dan warisan budaya yang bernilai tinggi, terutama peninggalan zaman Belanda.

Ia juga menyatakan mendorong pihak legislatif menggodog peraturan daerah tentang cagar budaya guna mendukung perlindungan terhadap berbagai bangunan bersejarah di Kota Magelang.

"Untuk memberi perlindungan terhadap bangunan-bangunan bersejarah di Kota Magelang," katanya.

Pada kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa rangkaian kegiatan peringatan Dua Abad GPIB Bethel Kota Magelang juga menjadi kesempatan yang baik untuk memperkuat semangat toleransi antarumat beragama di daerah tersebut.

"Kegiatan ini wahana silaturahim pemuka lintas agama, pecinta seni, budaya, dan sejarah, serta unsur pemerintahan. Momentum ini mempererat jalinan persaudaraan, kekeluargaan, demi kerukunan dan kebersamaan," ujarnya.

Ketua Panitia Peringatan Dua Abad GPIB Bethel Kota Magelang Reno Ranuh mengatakan tentang keunikan Kota Magelang dengan tiga kecamatan dan 17 kelurahan itu.

Ia mengatakan di sekitar alun-alun yang menjadi pusat kota setempat terdapat sejumlah tempat ibadah yang dibangun pada masa lampau, yakni Masjid Agung, Kelenteng Liong Hok Bio, GPIB Bethel, dan Gereja Santo Ignatius, sedangkan di kompleks Akmil terdapat Pura Wirabuana.

"Mungkin ini satu-satunya kota di Indonesia. Kita menjadi semakin kuat kesadaran terhadap Pancasila. Peringatan ini juga untuk merajut kebersamaan," katanya.

Berbagai potensi bangunan cagar budaya di Kota Magelang, ujarnya, pada masa mendatang bisa dikembangkan sebagai tempat wisata sejarah dan wisata religi dengan dukungan pemerintah kota setempat.

Puncak peringatan Dua Abad GPIB Bethel Kota Magelang, antara lain ditandai dengan sajian "video mapping tiga dimensi" berlatar belakang bangunan GPIB, pementasan berbagai tarian tradisional, kolaborasi, dan kontepomporer, musik, pembacaan puisi, pembacaan Sumpah Pemuda, serta doa bersama para pemuka lintas agama.

Beberapa waktu lalu, panitia juga menyelenggarakan apresiasi dan pameran sketsa dan "hunting" foto dengan objek GPIB Bethel, seminar sejarah bangunan cagar budaya, dan jelajah arsitektur cagar budaya Kota Magelang.

(U.M029/I006)

Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017