Pelaksana Harian Wakil Presiden Sekretaris Perusahaan PT Garuda Indonesia, Hengki Heriandono, dalam keterangannya, di Jakarta, Sabtu, menyebutkan kinerja positif itu didukung kenaikan pendapatan operasi sebesar 11,2 persen, dari 1,10 miliar dolar AS menjadi 1,22 miliar dolar AS.
Dia menyatakan pertumbuhan positif tersebut didukung oleh peningkatan kinerja perusahaan pada seluruh aspek, mulai dari finansial, operasional, maupun layanan sejalan dengan penerapan strategi 5 Quick Wins.
Berbagai strategi itu antara lain optimalisasi biaya penerbangan, peningkatan prosedur pelayanan, dan optimalisasi rute penerbangan.
Selain itu, optimalisasi jaringan digital untuk mewujudkan perusahaan penerbangan berbasis teknologi informasi dan peningkatan sistem manajemen penerimaan.
"Upaya yang dilakukan perusahaan mulai menunjukkan hasil yang signifikan. Terlihat dari pertumbuhan positif yang dicapai, terutama pada kinerja rute internasional, tingkat utilisasi pesawat dan kontribusi pendapatan dari pijakan e-commerce," paparnya.
Dia menjelaskan, PT Garuda Indonesia membukukan pendapatan operasi pada periode Januari-September 2017 sebesar 3,11 miliar dolar AS atau naik 8,6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 2,86 miliar dolar AS.
Sejalan dengan laba yang dicapai pada periode ini, PT Garuda Indonesia juga berhasil menekan rugi bersih menjadi 76,1 juta dolar AS pada periode Januari-September 2017 (di luar hal-hal luar biaa), dari 137,9 juta dolar AS pada semester I-2017.
Hediandono memastikan peningkatan pendapatan operasi itu didukung pertumbuhan kinerja operasional perusahaan di pasar internasional yang tercatat di atas rata-rata kinerja maskapai Asia Pasifik.
Hingga September 2017, perseroan tercatat telah mengangkut sebanyak 3,7 juta penumpang internasional atau naik 12,8 persen dibandingkan periode sama 2016 sebesar 3,3 juta penumpang internasional.
Sedangkan, rata-rata kilometer penumpang yang diangkut (Revenue Passenger Kilometers/RPK) meningkat sebesar 15,5 persen, atau jauh di atas rata-rata pertumbuhan RPK maskapai di kawasan Asia Pasifik sebesar 7,9 persen.
Pertumbuhan itu juga didukung adanya peningkatan yang signifikan pada kontribusi pendapatan dari pijakan digital perusahaan sebesar 450,6 juta dolar AS pada periode Januari-September 2017, atau naik 7,6 persen dari periode yang sama 2016.
Peningkatan ini didorong kenaikan jumlah unduhan aplikasi bergerak PT Garuda Indonesia sebesar 698.000 sepanjang Januari-September 2017, sehingga total unduhan aplikasi mobile sejak pertama kali diluncurkan telah mencapai kisaran dua juta.
Selain itu, PT Garuda Indonesia mencatatkan pertumbuhan pendapatan kargo sebesar 9,6 persen menjadi sebesar 170,8 juta dolar AS pada Januari-September 2017.
Sejalan dengan pemanfaatan program peningkatan sistem peningkatan manajemen capaian, perusahaan juga telah membukukan peningkatan pendapatan diluar penjualan tiket (ancillary revenues) sebesar 19 persen menjadi 53,9 juta dolar AS pada periode sama.
Pengangkutan kargo perseroan juga tercatat naik 8,1 persen menjadi sebesar 104.700 ton pada triwulan III-2017, dari sebelumnya sebesar 96.900 ton pada periode sama 2016.
Sedangkan, selama periode tahun kalender Januari-September 2017, perseroan tercatat telah mengangkut 324.100 ton kargo, atau mengalami kenaikan 9,8 persen, dari periode sama pada 2016 sebesar 295.200 ton kargo.
Dalam periode ini, PT Garuda Indonesia juga membukukan kenaikan pada jumlah penumpang yang diangkut oleh anak usaha Garuda Indonesia di segmen LCC, Citilink, yaitu dari 8,2 juta penumpang menjadi sembilan juta penumpang.
Citilink mencatatkan kenaikan jumlah penumpang sebesar 11,4 persen menjadi sebesar 3,4 juta penumpang pada triwulan III-2017, dari 3,1 juta penumpang pada triwulan III-2016.
Pada triwulan III-2017, Garuda Indonesia Group (Garuda Indonesia dan Citilink) mencatatkan pertumbuhan penumpang sebesar 1,4 persen, menjadi 9,6 juta penumpang, dari sebelumnya 9,5 juta penumpang pada periode sama 2016.
Pertumbuhan itu didukung kenaikan penumpang pada periode Januari-September 2017, yaitu sebanyak 26,8 juta, atau tumbuh tiga persen, dibanding periode sama 2016 yaitu sebanyak 26 juta penumpang.
Seiring dengan program optimasi jalur, PT Garuda Indonesia mencatatkan peningkatan utilitas pesawat sebesar 38 menit, menjadi sembilan jam 34 menit per hari sepanjang Januari-September 2017, dari sebelumnya delapan jam 56 menit per hari pada periode sama tahun lalu.
Perusahaan juga berhasil mencapai rata-rata tingkat keterisian penumpang sebesar 75 persen pada periode ini, atau mengalami kenaikan dari 73,4 persen pada periode Januari-September 2016, dengan tingkat ketepatan waktu 89,2 persen, dari sebelumnya 87,8 persen.
Perseroan ikut melakukan penambahan kapasitas melalui rekonfigurasi armada Boeing 777-300ER dari tiga kelas layanan (kelas utama, kelas bisnis, dan kelas ekonomi) menjadi dua kelas layanan (kelas bisnis dan kelas ekonomi) untuk menambah kapasitas 79 kursi per pesawat.
Selain untuk meningkatkan efisiensi biaya pesawat, penyesuaian kapasitas itu dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar di beberapa rute yang dilayani PT Garuda Indonesia tanpa harus mendatangkan pesawat baru di jajaran armada.
Untuk mendukung kebutuhan pasar ke depannya, Garuda Indonesia secara bertahap akan terus meningkatkan utilitas pesawat hingga menjadi rata-rata 11 jam per hari.
Sejalan dengan perpindahan base penerbangan domestik maupun internasional Garuda Indonesia ke Terminal 3 Ultimate Soekarno-Hatta, perusahaan mencatat adanya kenaikan jumlah penumpang yang dilayani menggunakan jasa garbarata.
Hingga akhir September 2017, tercatat sebanyak 97,2 persen penumpang internasional dan 87,5 persen penumpang domestik telah dilayani melalui pemanfaatan garbarata.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017