• Beranda
  • Berita
  • 100 tahun Deklarasi Balfour, Inggris merasa tak bersalah

100 tahun Deklarasi Balfour, Inggris merasa tak bersalah

30 Oktober 2017 10:44 WIB
100 tahun Deklarasi Balfour, Inggris merasa tak bersalah
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson (Reuters)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson membela kebijakan yang ditempuh pendahulunya seratus tahun lalu yang telah memberi jalan kepada berdirinya Israel. Namun Johnson menyatakan dua negara --Israel dan Palestina-- adalah solusi yang paling pantas untuk perdamaian di Timur Tengah saat ini.

Pernyatan Johnson ini menandai seratus tahun Deklarasi Balfour, yakni dokumen setebal 67 halaman dari menteri luar negeri Inggris saat itu Arthur Balfour yang berisi dukungan Inggris agar warga Yahudi memiliki tanah sendiri di Palestina.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengunjungi London dalam kaitan peringatan 100 tahun deklarasi itu.

Tapi pernyataan satu abad silam itu sampai kini tetap kontroversial karena selain menjadi awal bagi pendirian negara Israel, namun juga sebaliknya sebagai awal terusirnya bangsa Palestina dari tanahnya sendiri yang berpuluh-puluh tahun kemudian sampai sekarang menjadi faktor di balik tegangnya Israel-Palestina.

"Saya bangga terhadap peran Inggris dalam mendirikan Israel," tulis Johnson dalam harian Telegraph.

Dia malah menyebut Deklarasi Balfour "sangat diperlukan untuk pembentukan sebuah negara besar."

Tetapi Johnson menggarisbawahi satu butir kunci dalam Deklarasi Balfour, yaitu perlindungan hak-hak masyarakat non Yahudi, yang disebutnya belum sepenuhnya diwujudkan, demikian AFP.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017