• Beranda
  • Berita
  • Hujan Bulan Juni, sebuah perbedaan dalam ruang kedap suara

Hujan Bulan Juni, sebuah perbedaan dalam ruang kedap suara

31 Oktober 2017 09:44 WIB
Hujan Bulan Juni, sebuah perbedaan dalam ruang kedap suara
Velove Vexia dan Adipati Dolken dalam film Hujan Bulan Juni (ANTARA News/HO)
Jakarta (ANTARA News) - Pingkan (Velove Vexia), gadis campuran Manado dan Jawa merasa sangat nyaman dekat dengan pemuda Jawa bernama Sarwono (Adipati Dolken).

Kedekatan mereka perlahan menetap bertahun-tahun di dalam ruang kedap suara yang Sarwono namakan kasih sayang. Mereka menikmatinya, toh tanpa harus melabeli status hubungan mereka.

Suatu ketika, Pingkan yang merupakan dosen muda Sastra Jepang di Universitas Indonesia mendapatkan kesempatan berharga untuk belajar ke Jepang selama dua tahun.

Pingkan tak sendiri, karena ada Katsuo (Koutaro Kakimoto) yang menemaninya. Katsuo adalah siswa asal Jepang yang belajar di Indonesia. Pemuda itu cukup perhatian pada Pingkan.   

Akan ditinggal pergi, Sarwono bukannya tak nelangsa. Di sisi lain sisi dia tak ingin menghalangi pujaan hatinya pergi.

Pergi menengok bunga sakura kesukaannya. Pergi melihat musim semi walau tanpa Sarwono di sisinya.

Menjelang keberangkatan Pingkan, Sarwono yang merupakan dosen antropologi di Universitas Indonesia ditugaskan pihak kampus melakukan presentasi kerjasama ke Universitas Sam Ratulangi, Manado. Dia lantas meminta Pingkan menjadi guide-nya selama di Manado.

Di sana, Pingkan memanfaatkan kesempatan bertemu keluarga besar mendiang ayahnya yang asli Manado. Dirinya mulai tersudut kala keluarga menanyainya soal hubungan dia dengan Sarwono. Belum lagi hadirnya, Benny (Baim Wong), sepupu Pingkan yang tak suka pada Sarwono.

Perbedaan antara keduanya cukup besar, namun bukan berarti mereka tak menyadarinya. Pingkan dan Sarwono sudah terlanjur nyaman menetap bertahun-tahun dalam kasih sayang lewat cara mereka sendiri.   

 "Mencintaimu harus menjelma aku".....

Bersatu dalam perbedaan

Bagi sutradara Reni Nurcahyo Hestu Saputra, mengalihwahanakan puisi dan novel--apalagi karya Sapardi Djoko Damono, merupakan suatu tantangan dan pencapaian kreatif baru.

Hestu mengatakan, butuh kejujuran dalam bertutur pada serapan makna atas kehadiran puisi Hujan Bulan Juni yang dia baca. Kejujuran itu dia masukkan dalam sebuah konsep penyutradaraan film, yang kemudian menjadi latar belakang dari embrio puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi.

Sejumlah kutipan puisi karya Sapardi turut tersemat dalam film yang tentu saja menonjolkan sisi romantisme dua sejoli itu. Anda yang sudah pernah membaca novel karya Sapardi dengan judul yang sama pasti sudah merasa tak asing dan menikmati bait demi bait puisi yang dihadirkan.

Hanya saja, kisah yang hadir dari satu scene ke scene lainnya terasa begitu lama, sehingga film terkesan sangat lama. Selain itu, cerita dalam film relatif datar sehingga cenderung tak bisa memainkan emosi penonton.

Hujan Bulan Juni terasa semarak lewat hadirnya Sapardi, yang berperan sebagai Pak Hadi, ayah Sarwono, Jajang C. Noer sebagai ibu Sarwono, Sundari Soekontjo (Hartini, ibunda Pingkan), Ira Wibowo dan Surya Saputra.

Film akan tayang serentak di bioskop tanah air pada 2 November mendatang.  



Oleh Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017