Pada 2019, semua desa di NTT berlistrik

1 November 2017 10:54 WIB
Pada 2019, semua desa di NTT berlistrik
Kapal pembangkit listrik Karadeniz Powership Yasin Bey milik Karpowership, anggota Grup Energi Karadeniz, Istanbul, Turki, berlabuh di perairan Desa Waai, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Selasa (31/10/2017). (ANTARAFOTO/Izaac Mulyawan) ()
Kupang (ANTARA News) - Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur David Melo Wadu optimistis bahwa pada 2019 semua desa di wilayah provinsi kepulauan ini sudah berlistrik.

"Pembangunan kelistrikan kita di NTT terus berjalan dan progresnya cukup signifikan yang hingga kini sudah mencapai 68 persen," katanya ketika dihubungi Antara di Kupang, Rabu.

Ia mengatakan rasio elektrifikasi bisa meningkat lebih dari 70 persen pada 2018, karena progres kenaikannya cukup baik dari 52 persen pada 2016 menjadi 68 persen hingga Oktober 2017.

"Kondisi ini menunjukkan bahwa PLN serius dan bekerja tanpa lelah untuk menerangi semua desa hingga ke pelosok NTT yang terdiri dari pulau-pulau ini," kata politisi dari PDI Perjuangan itu.

Ia mencontohkan sejumlah desa di Pulau Flores, seperti di Kabupaten Flores Timur, Ngada, Ende dan Lembata, rasio elektrifikasinya sudah mencapai antara 70 - 90 persen.

Bahkan di Kabupaten Flores Timur sendiri sudah mencapai lebih dari 90 persen dengan hanya tersisa sedikit desa yang belum mendapat penerangan listrik dari PLN.

Menurutnya, dari sisi sistem pembangkit sudah mulai tersedia dengan baik seperti di Pulau Timor yang masih kelebihan daya (surplus) karena didukung pembangkit listrik dari kapal (marine vessel power plant) dengan kapasitas 60 megawatt (MW) plus cadangan daya 60 MW.

"Pulau Timor memang sistemnya sudah beres tinggal pembangunan jaringan ke desa-desa, sementara desa-desa di Pulau Flores dan Sumba juga sedang dalam proses persiapan," katanya.

Menurut dia, program 100 persen desa berlistrik di NTT dapat direalisasikan dengan mudah jika mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat setempat, terutama pembebasan lahan.

"Persoalan lahan terkadang menjadi masalah yang berbelit-belit padahal sudah disosialisasikan oleh PLN," katanya.

Meskipun demikian, ia tetap mengharapkan PLN dan pemerintah kabupaten untuk terus memberikan pemahaman kepada masyarakat agar mereka bisa merelakan lahannya dilalui jaringan listrik.

"Jika sudah ada kerelaan dari masyarakat seperti itu, maka akan dengan mudah pula untuk mendukung pembangunan pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber energi baru terbarukan (EBT)," katanya.

Sumber EBT di NTT yang telah dipetakan itu meliputi pembangkit listrik tenaga surya di Pulau Timor, pembangkit listrik tenaga panas bumi di Pulau Flores serta pembangkit listrik yang bersumber dari potensi air dan bayu di Pulau Sumba.

"Kalau semua potensi kearifan lokal EBT bisa dikembangkan maka NTT bisa saja mengalami surplus daya listrik yang dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan ekonomi keluarga menuju sejahtera," katanya.

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017