"Panda itu termasuk karnivora tapi tidak aktif, 90 persen makannya bambu, sehari makan 30 kg bambu," kata Bongot Huaso Mulia, dokter hewan yang menangani panda di TSI Bogor, Rabu.
Bongot mengatakan pemberian makan panda dilakukan 5 sampai 6 kali sehari, setiap habis makan panda langsung tidur. Sehari tidur selama 13 jam, sisanya beraktivitas.
"Panda aktif malam hari, biasanya yang dikerjakan makan," katanya.
Cai Tao dan Hu Chun berasal dari Chengdu, Provinsi Sinchuan, Tiongkok. Keduanya langsung dikarantina di TSI Cisarua, Bogor, setelah tiba di Indonesia pada tanggal 28 September 2017.
Usai melewati proses karantina, sepasang panda raksasa tersebut telah beradaptasi baik dengan lokasi, iklim, dan cuaca sekitar, termasuk dengan penjaga satwa serta dokter hewan yang merawatnya.
Saat datang ke Indonesi Cai Tao si panda jantan memiliki bobot 128 kg, sedangkan pasangannya Hu Chun berbobot 113 kg.
"Bobot Cai Tao nambah 6 kg, bobot Hu Chun nambah juga 8 kg, keduanya masuk kategori B gendut," katanya.
Dalam pemberian pakan, panda-panda tersebut menyukai bambu yang tidak terlalu manis atau pait. Setiap pemberian makan, bambu tersebut dicicipi dulu oleh penjaga satwa, untuk memastikan rasanya disukai oleh panda.
Menurut Bongot, kedua panda tersebut dalam kondisi sehat, untuk suplai makannya juga berlimpah karena TSI sudah menanam bambu sejak 2015 di areal yang luas.
"Total ada 19 jenis bambu, semua mereka suka mulai bambung betung, kuning, krisk, ampel, saunsea, hambel toni," katanya.
Direktur Taman Safari Indonesia, Jansen Manangsang menyebutkan masyarakat Indonesia akan dapat menyapa sepasang panda raksasa di bulan November ini.
Menurutnya sebuah kebanggaan TSI mampu melakukan program karantina panda raksasa selama kurang lebih satu bulan.
"Program karantina berjalan baik, kondisi kesehatannya juga baik, dalam waktu dekat siap menyapa masyarakat Indonesia," kata Jansen.
Pengiriman panda tersebut merupakan hasil kerja sama Indonesia-Tiongkok di bidang konservasi satwa.
Kesepakatan tersebut dicapai dalam peringatan 63 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Tiongkong pada 2013.
Kemudian ditindaklanjuti dengan penandatanganan nota kesepahaman pada 2016. Nota kesepahaman itu dilaksanakan melalui kerja sama konkret antara PT Taman Safari Indonesia dengn China Wildlife Conservation Association (CWCA).
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017