Putussibau, Kalbar (ANTARA News) - Dua perahu hias khas Suku Dayak Tanambaloh beriringan di depan motor bandong yang berlayar menuju Danau Sentarum di Lanjak, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.Saya berharap masyarakat perbatasan dapat mempromosikan potensi pariwisata dan seni budaya Kapuas Hulu
Tidak terhitung berapa kali para pengunjung yang menaiki motor bandong dan speedboat mengabadikan momen indah itu, baik menggunakan telepon genggam maupun kamera digital.
Apalagi saat bendera khas Suku Dayak Tamambaloh dan bendera Merah Putih yang berdampingan melambai-lambai tertiup angin saat perahu hias berlayar di tengah danau yang luas.
Semua itu menambah pesona Danau Sentarum dengan ombak-ombak kecil dan bukit-bukit yang mengelilinginya.
Itulah suasana penutupan Festival Danau Sentarum Betung Kerihun yang dipusatkan di Lanjak pada 25-28 Oktober 2017 yang digelar Pemerintah Daerah Kapuas Hulu didukung sejumlah pihak baik dari Kementrian Pariwisata, Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Danau Sentarum, serta NGO.
Dalam festival yang digelar di Lanjak itu muncul ke permukaan semua potensi yang ada di sekitar kawasan Danau Sentarum. Masyarakat memamerkan hasil kerajinan tangan, tenun dan anyam-anyaman khas suku dayak setempat, bahkan madu yang berasal dari hutan sekitar danau itu.
Danau Sentarum di Kapuas Hulu Kalimantan Barat yang berada dalam kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia sudah lama dikenal surga kecil dengan keunikan alam dan masyarakat di sekitarnya yang hidup dengan kearifan lokal adat istiadat serta seni budaya yang begitu memikat.
Berbagai suka dan etnis yang hidup di sekitar Danau Sentarum, seperti suku Dayak Iban, Kantuk, Tamambaloh dan suku Melayu, rata-rata menggantungkan hidupnya kepada alam seperti mencari ikan, madu hutan dan beberapa penghasilan lainnya yang tetap mengutamakan kelestarian alam.
Danau ini juga menyimpan banyak kekayaan alam yang mungkin tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia.
Berdasarkan catatan Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Danau Sentarum (BBTNBKDS), yang disampaikan Kepala BBTNBKDS Kapuas Hulu, Arief Mahmud kepada Antara, Danau Sentarum saat ini memiliki lebih dari 675 jenis tumbuh-tumbuhan, 265 jenis ikan, 310 jenis burung, 515 jenis mamalia, delapan jenis kura-kura air tawar dan lima jenis labi-labi serta ada tiga jenis buaya dalam danau itu.
Di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum dengan luasnya kurang lebih 127.000 hektare itu juga terdapat 78 pulau kecil dan yang lebih dikenal di antaranya seperti Pulau Melayu dan Pulau Sepandan yang konon katanya memiliki cerita legenda yang belum terpecahkan.
Dari sekian banyak bukit yang mengelilingi Danau Sentarum juga terdapat satu bukit yang kerap menjadi tujuan wisatawan yaitu Bukit Tekenang. Dari puncak bukit itu hamparan air dan pulau kecil terlihat jelas.
Oleh Pemerintah Daerah Kapuas Hulu, Festival Danau Sentarum Betung Kerihun menjadi agenda tahunan, karena dinilai banyak mendatangkan mamfaat positif.
Selain ajang promosi potensi pariwisata, kegiatan seperti festival itu juga dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat, mulai dari jasa transportasi menuju Danau Sentarum, maupun warung-warung kecil yang membuat pengunjung harus menarik dompet untuk membeli sesuatu, baik itu berupa makanan maupun buah tangan yang bisa dijadikan kenang-kenangan.
Bupati Kapuas Hulu, Abang Muhammad Nasir mengatakan Festival Danau Sentarum Betung Kerihun adalah langkah pemerintah untuk promosi potensi pariwisata sehingga festival itu akan digelar setiap tahun.
Hanya saja menurut Nasir, dalam mengembangkan potensi wisata perlu kerjasama dan dukungan semua pihak.
"Saya berharap masyarakat perbatasan dapat mempromosikan potensi pariwisata dan seni budaya Kapuas Hulu," kata Nasir saat menutup Festival Danau Sentarum, Sabtu lalu.
Meskipun Festival Danau Sentarum Betung Kerihun itu sudah selesai, namun masih meninggalkan kenangan di kalangan masyarakat dan wisatawan.
Apalagi saat malam penutupan Festival Danau Sentarum, para pengunjung dihibur oleh pedangdut ternama dari Ibu Kota Zaskia Gotik serta Nugie.
Yang membuat terharu lagi, ketika dua orang pemain Sape memetik senar alat musik tradisional khas suku Dayak, memainkan salah satu lagu kebangsaan Indonesia Tanah Air Beta, semua pengunjung turut serta menyanyikan lagu tersebut.
Hangatnya rasa kekeluargaan masyarakat yang tetap cinta NKRI sangat terasa meskipun mereka berada di daerah perbatasan.
Bangga akan bangsa Indonesia, bangga dengan potensi pariwisata serta bangga dengan persatuan dan kesatuan masyarakat perbatasan, yang juga dikagumi oleh wisatawa mancanegara.
Oleh Timotius
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017