• Beranda
  • Berita
  • Yogyakarta tetap waspadai penularan DBD meski kasus turun

Yogyakarta tetap waspadai penularan DBD meski kasus turun

12 November 2017 07:15 WIB
Yogyakarta tetap waspadai penularan DBD meski kasus turun
Ilustrasi - Petugas melakukan pengasapan (Fogging) untuk memutuskan siklus hidup nyamuk aedes aegypti. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)
Yogyakarta (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta tetap meminta warga untuk mewaspadai potensi penularan demam berdarah dengue (DBD) meskipun jumlah kasus pada tahun ini berkurang signifikan dibanding tahun lalu.

"Hingga Oktober, jumlah kasus demam berdarah dengue tercatat 383 kasus dengan dua pasien meninggal dunia. Sedangkan pada tahun lalu mencapai 1.705 kasus dengan 13 kematian. Pengurangannya cukup banyak, tetapi kewaspadaan tidak boleh berkurang," kata Kepala BIdang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Yudiria Amelia di Yogyakarta, Sabtu (11/11).

Menurut dia, kewaspadaan masyarakat terhadap potensi penularan DBD harus mulai ditingkatkan apalagi saat ini sudah memasuki awal musim hujan.

Salah satu langkah antisipasi yang harus selalu dilakukan, lanjut dia, adalah pemberantasan sarang nyamuk dengan membersihkan lingkungan agar terbebas dari genangan air yang bisa digunakan nyamuk untuk berkembang biak.

Hal senada disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Fita Yulia Kisworini tentang penurunan kasus demam berdarah tahun ini. Beberapa wilayah yang biasanya memiliki kasus demam berdarah cukup banyak seperti Wirobrajan dan Tegalrejo juga mengalami penurunan kasus.

"Kami belum bisa menentukan penyebab penurunan kasus karena di wilayah tersebut juga menjadi daerah intervensi penyebaran nyamuk aedes aegypti yang mengandung bakteri wolbachia," kata Fita.

Meskipun demikian, ia juga mengingatkan agar masyarakat tetap waspada dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin. "Di wilayah sudah ada jadwal kerja bakti. Bisa dimanfaatkan untuk melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk," katanya.

Fita menyebut, peningkatan kasus demam berdarah biasanya terjadi pada pekan kelima sejak hujan turun.

Sedangkan pemberantasan nyamuk dengan fogging, lanjut Fita, hanya akan dilakukan sebagai alternatif terakhir dan harus ada sejumlah syarat yang harus terpenuhi, seperti penularan kasus DBD di wilayah tersebut.

"Dari beberapa penelitian, nyamuk yang ada di Yogyakarta sudah kebal dengan sejumlah obat yang biasanya digunakan untuk fogging," katanya.


Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017