"Yang on track 50 persen, yang masih perlu kerja keras 30 persen, dan yang kemungkinan tidak tercapai di kisaran 11-12 persen, memang salah satunya pertumbuhan ekonomi," kata Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro saat jumpa pers di Gedung Bappenas, Jakarta, Senin.
Dalam RPJMN 2015-2019, pertumbuhan ekonomi ditargetkan mencapai 8 persen pada 2019. Target tersebut memang sudah tidak realistis lagi untuk dicapai. Untuk 2018 saja, pemerintah hanya menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,4 persen.
Bambang menuturkan, pertumbuhan ekonomi yang jauh dari target RPJMN juga karena kondisi global yang berubah dibandingkan ketika RPJMN tersebut disusun.
"Pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari kondisi global, apalagi kita masih tergantung dengan booming komoditas," kata Bambang.
Target pembangunan lain dalam RPJMN yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Dalam RPJMN 2015-2019, TPT ditargetkan mencapai 4-5 persen. Pada 2015, realisasi TPT mencapai 6,18 persen, lalu 5,61 persen pada 2016, dan pada Maret 2017 mencapai 5,5 persen.
Sementara itu, untuk tingkat kemiskinan, di dalam RPJMN ditargetkan mencapai 7-8 persen. Pada 2015, realisasi tingkat kemiskinan mencapai 11,13 persen, lalu 10,7 persen pada 2016, dan pada Maret 2017 mencapai 10,64 persen. Target tingkat kemiskinan RPJMN tersebut dinilai akan sulit dicapai.
Sedangkan rasio Gini untuk mengukur tingkat ketimpangan, dalam RPJMN 2015-2019 ditargetkan mencapai 0,36. Pada 2015, realisasi realisasi rasio Gini mencapai 0,402, lalu 0,394 pada 2016, dan pada Maret 2017 mencapai 0,393. Untuk rasio Gini, Bambang sempat mengatakan pemerintah masih bisa mencapai rasio Gini 0,37 pada 2019.
Kendati demikian, Bambang menyebutkan target-target dalam RPJMN tidak akan diubah dan pemerintah akan terus berupaya untuk mencapai target-target pembangunan yang masih realistis untuk dicapai.
"Target RPJMN tidak akan diubah," kata Bambang.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017