"Kita harus memulai dari lembar putih yang kosong, yakni dengan tidak ada keberpihakan untuk mengawali sebuah masalah guna mencari solusinya," kata Agus dalam Forum Komunikasi Pimpinan Lemhanas dan Pemimpin Redaksi Media Massa di Jakarta, Rabu.
Agus memberi contoh pada kasus penutupan tempat hiburan malam Alexis oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan beberapa saat lalu. Dalam menyikapi kabar pembubaran tempat hiburan malam tersebut, hendaknya para tokoh, pemimpin dan akademisi dapat berpikir jernih dalam menyikapi isu tersebut.
"Contoh kasus Alexis, apakah betul itu sebuah tempat yang cenderung melanggar nilai-nilai moral? Katakanlah kita asumsikan itu benar, maka apakah perempuan-perempuan di situ prostitut? Kemudian katakanlah ibunya prostitut, apakah kemudian anaknya yang lahir otomatis prostitut? Pemikiran-pemikiran seperti ini harus jernih melihatnya," kata Agus di hadapan para pemimpin redaksi dan peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan XXI.
Dengan membangun pola berpikir jernih, maka masyarakat dapat terhindar dari masalah sosial yang sangat cepat penyebarannya di era digital saat ini.
"Untuk menyambungkan bahwa kita terbebas dari dinamika-dinamika yang bisa bersifat paradoksal, dalam waktu yang relatif singkat, maka kita cari persamaannya apa? Persamaannya adalah kita harus mampu membangun cara berpikir yang benar. Jadi itulah pendekatannya," ujarnya.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017