"Pertimbangan harga pengujian, proses bea dan cukai, serta frekuensi penerbangan untuk pengangkutan sampel doping menjadi alasan kami memilih laboratorium di Doha," kata Anggota Bidang Kesehatan dan Pengendalian Doping Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC) Lie Wiena Octoria dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
INASGOC, menurut Wiena, semula mempertimbangkan lima laboratorium di Jepang, Korea Selatan, Thailand, India, dan Doha. "Lalu kami menyaring menjadi tiga laboratorium hingga memilih satu laboratorium yaitu di Doha," ujarnya.
Namun, Indonesia harus melaporkan kepada Dewan Olimpiade Asia (OCA) terkait pengajuan laboratorium di Doha dalam penyelenggaraan Asian Games ke-18.
"Kami akan meresmikan kerjasama jika OCA sudah menyetujui laboratorium Doha itu. Ketentuan OCA soal laboratorium doping bukan terkait harga tetapi kuota sampel," kata Wiena.
Namun, Wiena enggan menyebut jumlah sampel yang harus diambil INASGOC dalam penyelenggaraan Asian Games 2018 menyusul aturan ketat OCA tentang pengendalian doping.
"Kami bahkan tidak mengetahui jumlah sampel acak yang harus diambil selain sampel doping bagi atlet-atlet yang menerima medali. Tentunya, semua cabang olahraga akan diambil sampel dopingnya," ujar Wiena.
Sebelumnya pada Agustus, INASGOC sempat mempertimbangkan laboratorium pengujian sampel doping di India dalam penyelenggaraan Asian Games 2018.
"Kami memilih laboratorium di India untuk menyesuaikan kondisi anggaran di Indonesia karena beberapa laboratorium di Korea, Jepang, Thailand, ataupun Australia sangat ketat soal aturan pembayaran," kata Direktur Departemen Kesehatan dan Pengendalian Doping INASGOC Leane Suniar Manurung.
Leane menegaskan laboratorium yang akan dipakai INASGOC merupakan laboratorium yang telah memenuhi akreditasi dari Komisi Anti-Doping OCA dan telah menangani uji sampel sebanyak tiga ribu sampel setiap tahun.
"Laboratorium di Indonesia tidak sanggup untuk menerima sampel sebanyak itu setiap tahunnya," kata Leane.
Namun, laboratorium pengujian sampel doping di India hanya menguji sampel urine dan tidak menguji sampel doping dalam darah atlet.
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017