Festival ini akan digelar mulai dari tanggal 18 hingga 25 November pada beberapa tempat yang telah ditentukan di daerah tersebut.
"Pada kesempatan ini ada 32 provinsi yang ikut berpartisipasi dengan jumlah peserta yang lebih dari 2.000 orang," kata ketua panitia pelaksana, Asnel, saat pembukaan festival di RTH Imam Bonjol Padang, Minggu malam.
Ia menyebutkan rata-rata setiap provinsi mengutus sebanyak 80 orang peserta dan ditambah dengan beberapa orang sebagai tim penggembira.
Pada festival ini terdapat empat cabang yang akan diperlombakan, yaitu Lomba Qasidah Klasik tingkat remaja dan dewasa putra-putri serta Qasidah Kolaborasi.
Selanjutnya Bintang Vokalis tingkat anak-anak, remaja, dan dewasa untuk kategori putra-putri dan Fashion Show Muslim/Muslimah putra-putri.
Untuk pelaksanaan empat cabang lomba ini panitia telah menyiapkan empat lokasi berbeda, masing-masingnya adalah di Lapangan RTH Imam Bonjol, Masjid Agung Nurul Iman, Taman Budaya Sumatera Barat, dan Gedung Rohana Kudus.
Sementara itu Wali Kota Padang, Mahyeldi mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu ajang untuk bersilaturahmi melalui kesenian.
"Melalui kegiatan ini kita sekaligus memperkenalkan wisata halal yang ada di Kota Padang, mengingat peserta dalam festival ini datang dari seluruh wilayah di Indonesia," katanya.
Pembukaan ini juga dihadiri oleh beberapa pimpinan dari luar daerah Sumbar, di antaranya Wakil Ketua DPRD Jawa Barat, Istri Gubernur Sulawesi Tenggara, Wali Kota Kendari, Wali Kota Buton Selatan, Bupati Konawe dan lain-lain.?
Tarian Massal
Tarian masal berjudul `Salam di antara Maghrib ke Isya` meriahkan pembukaan Festival Seni Qasidah Tingkat Nasional Berskala Besar ke XXII tahun 2017 di Kota Padang Sumatera Barat.
Tarian tersebut merupakan karya dari koreografer internasional asal Sumbar, Eri Mefri dengan melibatkan ratusan penari dari beberapa sanggar dan sekolah yang ada di Kota Padang.
"Total penari dalam tarian masal ini sebanyak 300 orang dari enam sanggar serta sekolah di Kota Padang," kata koreografer, Eri Mefri di Padang, Minggu malam.
Ia menyebutkan tema yang diangkat pada tarian kolosal ini bercerita tentang kebiasaan sebagian manusia yang sering meninggalkan shalat Isya.
Biasanya hal tersebut berawal dari menunda-nunda untuk melaksanakannya karena waktu yang tersedia cukup panjang dari pada shalat Maghrib.
"Kita sebagai manusia terlalu sering melalaikan kewajiban yang telah diberikan Allah ditambah dengan segala keringanan untuk yang memiliki halangan," ujarnya.
Menurutnya kita sebagai manusia terlalu melalaikan kewajiban yang harus dilakukan, padahal waktu antara Maghrib ke Isya tidak terlalu lama, apa salahnya menunggu beberapa saat untuk kemudian melakukan shalat Isya.
Fenomena seperti inilah yang kemudian diwujudkan dalam sebuah garapan masal berupa tarian sebagai ajang untuk saling introspeksi diri.
Beberapa pihak yang ikut dalam tarian masal ini adalah Nan Jombang Dance Company, Impessa Dance Company, Sanggar Satampang Baniah, Sanggar Tuah Sakato, SMK 7 Padang dan SMK Asyiah Pariwisata Padang.
Salah seorang penonton, Asrilwan (54) mengatakan makna yang disampaikan dalam tarian tersebut cukup sampai pada setiap penonton.
"Jika diikuti dari awal hingga akhir maka ada makna-makna tertentu yang harus menjadi bahan introspeksi bagi kita," katanya.
Pewarta: M. R. Denya Utama
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017