"Dalam Pilkada serentak 2018 kita akan menyaksikan pertarungan menarik di tiga daerah yang selama ini memiliki jumlah pemilih suara terbesar di Indonesia yakni provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah," terang Firman Noor, di Jakarta, Senin.
Firman mengatakan bahwa beberapa provinsi di Pulau Jawa merupakan wilayah utama strategis dan menjadi "lumbung" suara sehingga Pilkada serentak 2018 akan menjadi arena yang diperebutkan oleh kekuatan-kekuatan politik.
"Pilkada di ketiga provinsi ini akan menarik perhatian publik yang lebih luas melampaui wilayahnya," ujar dia.
Namun demikian, menurut Firman, sejauh ini proses pencalonan kepala daerah tampak masih terpusat di jenjang elit pusat partai politik. Di sisi lain parpol juga dinilai masih cenderung bersikap pragmatis dalam menentukan calon yang akan diusungnya.
Hal ini membuat parpol kerapkali lebih mempertimbangkan aspek popularitas dan elektabilitas bakal calon dibandingkan faktor kapasitas, serta kerap mengabaikan proses kaderisasi di internal parpol.
Dia mengatakan, meskipun demokrasi memberikan peluang besar adanya kompetisi dan partisipasi setiap individu untuk berpolitik, pilkada seringkali dimaknai sebagai arena memperebutkan kekuasaan semata.
"Pilkada langsung seharusnya mampu merefleksikan? kedua inti dari demokrasi yakni kompetisi dan partisipasi. Pilkada seharusnya mengontestasikan kualitas atau kompetensi calon, dan bukan hanya faktor popularitas dan memiliki modal besar saja," kata dia.
Dia mengatakan pilkada serentak 2018 khususnya di daerah "lumbung" suara, seharusnya meningkat kualitasnya dibandingkan pilkada serentak sebelumnya tahun 2015 dan 2017. Peningkatan kualitas diperlukan agar konsolidasi demokrasi di daerah bisa berlangsung dengan baik dan berdampak positif terhadap pencapaian pemerintah daerah.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017