"Penutupan jalur pendakian mempertimbangkan kondisi cuaca di atas gunung dan untuk kepentingan pemulihan kawasan taman nasional," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) R Agus Budi Santosa, di Mataram, Rabu.
Ia mengatakan informasi penutupan jalur pendakian sudah disebar ke semua pihak yang berkepentingan, baik Dinas Pariwisata NTB, dan kabupaten/kota serta para pelaku pariwisata.
Informasi disebar satu bulan lebih awal dengan tujuan agar para mitra BTNGR bisa menyebarluaskan kembali informasi adanya larangan mendaki karena faktor cuaca ekstrem.
Agus menyebutkan ada empat jalur pendakian Gunung Rinjani yang tersebar di Sembalun dan Timbanuh, Kabupaten Lombok Timur. Ada juga di Senaru, Kabupaten Lombok Utara, dan Aikberik, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah.
"Ada empat jalur pendakian resmi yang ditetapkan oleh BTNGR. Jika ada yang mendaki melalui jalur lain tanpa izin resmi berarti ilegal," ujarnya.
Penutupan jalur pendakian, lanjut dia, tidak hanya terjadi di Gunung Rinjani, namun pengelola taman nasional gunung lain di Indonesia juga sudah memberlakukan kebijakan yang sama karena faktor cuaca ekstrem.
Misalnya, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) akan menutup jalur pendakian Gunung Semeru, Jawa Timur, mulai 4 Januari 2017.
Demikian juga dengan jalur pendakian Gunung Gede dan Pangrango di Bogor, Cianjur, dan Sukabumi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu ditutup oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTGGP).
"Kondisi cuaca ekstrem di setiap gunung berbeda-beda. Jadi jadwal penutupan dan pembukaan juga berbeda, tergantung kondisi alamnya," kata Agus.
Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726 meter dari permukaan laut berada dalam empat wilayah administratif, yakni Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Lombok Utara.
Gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia itu ramai dikunjungi para wisatawan asing dan domestik setiap tahunnya karena memiliki panorama alam yang indah dan terdapat Danau Segara Anak.
Data BTNGR tercatat jumlah wisatawan yang melakukan pendakian pada 2010 mencapai 13.956 orang. Angka tersebut meningkat menjadi 93.018 orang pada 2016 atau naik sebesar 666,51 persen.
Pewarta: Awaludin
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017