• Beranda
  • Berita
  • Industri baja perdalam struktur manufaktur dorong lokalisasi bahan baku

Industri baja perdalam struktur manufaktur dorong lokalisasi bahan baku

15 Desember 2017 22:01 WIB
Industri baja perdalam struktur manufaktur dorong lokalisasi bahan baku
Menperin saksikan MoU Krakatau Steel-Sango Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kanan) menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman Pengembangan Industri Baja untuk Sektor Otomotif yang diakukan oleh Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Mas Wigrantoro Roes Setiyadi (kedua kanan) dengan Board Director Sango Corporation Hashiguchi Tomoya (ketiga kanan) di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (15/12/2017). (ANTARA News/HO/Kemenperin)

Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian menilai kesepakatan nota kesepahaman (MoU) investasi antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dengan Sango Corporation Jepang menjadi sebuah upaya penting bagi industri baja nasional untuk memperdalam struktur manufaktur untuk mendorong peningkatan penggunaan bahan baku lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap produk impor serupa. 

"Ini merupakan salah satu momentum sejarah lagi mengenai pendalaman struktur industri nasional, di mana saat ini realisasi investasi akan menghasilkan produk wire rod untuk pengembangan industri otomotif di Indonesia," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai menyaksikan penandatangan MoU yang dilakukan kedua perusahaan tersebut di Kementerian Perindustrian sebagaimana keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.

Airlangga didampingi Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) I Gusti Putu Suryawirawan serta Sekjen Kemenperin Haris Munandar menyaksikan penandatanganan MoU tentang Pengembangan Industri Baja untuk Sektor Otomotif yang dilakukan Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi dengan Board Director Sango Corporation, Hashiguchi Tomoya. 

Proyek kerja sama tersebut bernilai investasi sebesar 95 juta dolar AS untuk pabrik produk baja khusus berupa wire rod dan wire yang akan diaplikasikan guna memenuhi kebutuhan bahan baku di sektor otomotif, dengan kapasitas produksi mencapai 40 ribu ton per tahun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 150 orang. 

"Dengan investasi ini juga akan menghemat devisa sebesar 24 juta dolar AS per tahun, karena kita tidak akan lagi impor produk tersebut," terangnya.

Pendalaman struktur industri tersebut diyakini Menperin akan memperbaiki ketersediaan pasokan bahan baku sektor otomotif dan komponen di Indonesia dengan pengawasan kualitas dan hasil yang lebih terjamin serta terjaga karena dilakukan di dalam negeri.

"Kalau sebelumnya dari impor, apabila ada kerusakan selama shipment itu produknya tidak bisa dikembalikan," katanya.

Dirjen KPAII, Putu, menyampaikan kerja sama tersebut menjadi wujud hasil misi investasi yang dipimpin oleh Menperin pada pertemuan dengan CEO Sango bulan Oktober 2016 di Tokyo-Jepang. Kemudian dilanjutkan dengan joint study model suplai industri wire rod di Indonesia dan survey market industri komponen otomotif berbasis wire rod.

"Pada tahun 2017, telah dilakukan beberapa kali rapat koordinasi dan selanjutnya dilaksanakan pertemuan kedua antara Menteri Perindustrian dengan CEO Sango pada Oktober 2017 di Nagoya, Jepang," tuturnya.

Menurut Putu, dalam program pendalaman struktur industri, pemerintah tengah memfokuskan hilirisasi pada tiga kelompok industri pengolahan, yaitu sektor industri besi baja, petrokimia, dan kimia dasar.  Ketiga industri tersebut dinilai sebagai driving sector bagi manufaktur lainnya.  

"Kebutuhan baja yang meningkat setiap tahunnya harus diimbangi dengan tumbuhnya investasi baru di Indonesia,” tegasnya.

Industri baja, sebagai salah satu komponen utama dari industri logam dasar, diperkirakan masih akan terus tumbuh dengan rata-rata enam persen per tahun sampai tahun 2025. Hal ini dipicu oleh tingginya permintaan bahan baku untuk sektor konstruksi yang tumbuh 8,5 persen, diikuti sektor otomotif yang tumbuh 9,5 persen.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017