Juba, Sudan Selatan (ANTARA News) - Anak-anak di Sudan Selatan memikul beban berat akibat krisis, yang memasuki tahun keempat, kata lembaga anak-anak PBB di dalam laporan yang disiarkan pada Jumat (15/12).
UNICEF mengatakan anak-anak telah menjadi korban gizi buruk, penyakit, perekrutan paksa, kekerasan dan kehilangan pendidikan, dan tumbuh di dunia kekerasan dan ketakutan dan kelaparan, yang merampas masa kanak-kanak mereka.
Leila Pakkala, Direktur Regional UNICEF dan Afrika Selatan, mengatakan tak ada anak yang mesti mengalami perlucutan dan ketakutan semacam itu.
"Namun anak-anak di Sudan Selatan menghadapi semua itu setiap hari. Anak-anak Sudan Selatan sangat memerlukan lingkungan hidup yang terlindungi dan damai," kata Pakkala sebagaimana dikutip Xinhua, Sabtu pagi.
Saat menyiarkan laporan "Children under Attack", UNICEF memperingatkan dana baru mendasar untuk menyediakan bantuan kritis buat anak-anak dan perempuan.
Lembaga anak-anak PBB tersebut mengatakan UNICEF memerlukan 183 juta dolar AS dalam pendanaan baru pada 2018 guna mengirim pasokan penyelamat nyawa dan layanan untuk mencegah kelaparan dan penyebaran penyakit. Saat ini, UNICEF memiliki kesenjangan dana sebanyak 77 persen.
Menurut laporan itu, bertahun-tahun kondisi tidak aman dan pergolakan memiliki "dampak yang mengerikan pada anak-anak", dan mengancam seluruh generasi.
"Pihak yang berperang harus segera mengakhiri semua pelanggaran besar terhadap anak-anak. Ini meliputi pembebasan semua anak dari jajaran mereka, sebagaimana telah mereka janjikan," kata laporan tersebut.
UNICEF menyatakan diperolehnya bantuan buat anak-anak yang paling memerlukan terus menjadi tantangan di banyak wilayah yang tidak aman di negeri itu.
Mahimbo Mdoe, Wakil UNICEF di Sudan Selatan, mengatakan buat anak-anak untuk memperoleh kesempatan yang adil dalam kehidupan, mereka memerlukan perawatan dan gizi yang layak.
"Mereka memerlukan perlindungan dari pertempuran dan dari penyakit. Mereka memerlukan lingkungan hidup yang aman sehingga mereka dapat belajar dan bermain. Jika anak-anka tak diberi kesempatan yang adil dalam hidup, masa depan apa yang akan dimiliki negeri ini ketika anak-anak itu tumbuh dewasa"," Mdoe mempertanyakan.
Badan PBB tersebut menyeru pasukan pemerintah dan kelompok bersenjata, serta masyarakat internasional, agar melakukan apa saja yang dapat mereka kerjakan guna mengakhiri konflik itu sehingga anak-anak Sudan Selatan, dan negeri itu sendiri, akan memiliki masa depan untuk diharapkan.
"Semua pihak dalam konflik tersebut harus mengizinkan akses kemanusiaan tanpa batas ke semua daerah di negeri itu dan segera mengakhiri serangan terhadap pasokan dan pekerja kemanusiaan," kata UNICEF.
Berbagai organisasi kemanusiaan di Sudan Selatan sedang berusaha menerapkan instruksi presiden baru-baru ini yang menyerukan akses tanpa batas ke mereka yang sangat memerlukan bantuan.
Badan PBB tersebut telah mengirim bantuan penyelamat nyawa buat anak-anak di seluruh negeri itu sejak krisis meletus pada Desember 2013, termasuk perawatan lebih dari 600.000 kasus gizi buruk akut, pemberian vaksinasi campak buat lebih dari 3,3 juta anak, penyediaan layanan perawatan kesehatan primer untuk lebih dari 3,6 juta anak, dan mendukung akses ke pasokan air yang aman buat 1,8 juta orang.
Sejak konflik meletus pada 2013, 95 pekerja bantuan telah tewas, termasuk 25 orang yang tewas sepanjang tahun ini, demikian Xinhua.
UNICEF mengatakan anak-anak telah menjadi korban gizi buruk, penyakit, perekrutan paksa, kekerasan dan kehilangan pendidikan, dan tumbuh di dunia kekerasan dan ketakutan dan kelaparan, yang merampas masa kanak-kanak mereka.
Leila Pakkala, Direktur Regional UNICEF dan Afrika Selatan, mengatakan tak ada anak yang mesti mengalami perlucutan dan ketakutan semacam itu.
"Namun anak-anak di Sudan Selatan menghadapi semua itu setiap hari. Anak-anak Sudan Selatan sangat memerlukan lingkungan hidup yang terlindungi dan damai," kata Pakkala sebagaimana dikutip Xinhua, Sabtu pagi.
Saat menyiarkan laporan "Children under Attack", UNICEF memperingatkan dana baru mendasar untuk menyediakan bantuan kritis buat anak-anak dan perempuan.
Lembaga anak-anak PBB tersebut mengatakan UNICEF memerlukan 183 juta dolar AS dalam pendanaan baru pada 2018 guna mengirim pasokan penyelamat nyawa dan layanan untuk mencegah kelaparan dan penyebaran penyakit. Saat ini, UNICEF memiliki kesenjangan dana sebanyak 77 persen.
Menurut laporan itu, bertahun-tahun kondisi tidak aman dan pergolakan memiliki "dampak yang mengerikan pada anak-anak", dan mengancam seluruh generasi.
"Pihak yang berperang harus segera mengakhiri semua pelanggaran besar terhadap anak-anak. Ini meliputi pembebasan semua anak dari jajaran mereka, sebagaimana telah mereka janjikan," kata laporan tersebut.
UNICEF menyatakan diperolehnya bantuan buat anak-anak yang paling memerlukan terus menjadi tantangan di banyak wilayah yang tidak aman di negeri itu.
Mahimbo Mdoe, Wakil UNICEF di Sudan Selatan, mengatakan buat anak-anak untuk memperoleh kesempatan yang adil dalam kehidupan, mereka memerlukan perawatan dan gizi yang layak.
"Mereka memerlukan perlindungan dari pertempuran dan dari penyakit. Mereka memerlukan lingkungan hidup yang aman sehingga mereka dapat belajar dan bermain. Jika anak-anka tak diberi kesempatan yang adil dalam hidup, masa depan apa yang akan dimiliki negeri ini ketika anak-anak itu tumbuh dewasa"," Mdoe mempertanyakan.
Badan PBB tersebut menyeru pasukan pemerintah dan kelompok bersenjata, serta masyarakat internasional, agar melakukan apa saja yang dapat mereka kerjakan guna mengakhiri konflik itu sehingga anak-anak Sudan Selatan, dan negeri itu sendiri, akan memiliki masa depan untuk diharapkan.
"Semua pihak dalam konflik tersebut harus mengizinkan akses kemanusiaan tanpa batas ke semua daerah di negeri itu dan segera mengakhiri serangan terhadap pasokan dan pekerja kemanusiaan," kata UNICEF.
Berbagai organisasi kemanusiaan di Sudan Selatan sedang berusaha menerapkan instruksi presiden baru-baru ini yang menyerukan akses tanpa batas ke mereka yang sangat memerlukan bantuan.
Badan PBB tersebut telah mengirim bantuan penyelamat nyawa buat anak-anak di seluruh negeri itu sejak krisis meletus pada Desember 2013, termasuk perawatan lebih dari 600.000 kasus gizi buruk akut, pemberian vaksinasi campak buat lebih dari 3,3 juta anak, penyediaan layanan perawatan kesehatan primer untuk lebih dari 3,6 juta anak, dan mendukung akses ke pasokan air yang aman buat 1,8 juta orang.
Sejak konflik meletus pada 2013, 95 pekerja bantuan telah tewas, termasuk 25 orang yang tewas sepanjang tahun ini, demikian Xinhua.
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017