Maliki mengatakan para pejabat Amerika Serikat (AS) "melakukan kesalahan lain ketika mereka mengedarkan surat dalam upaya mengancam negara anggota, (dan) mengancam keputusan kedaulatan mereka untuk menentukan pilihan".
Dia berbicara dalam sebuah konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu di Istanbul, tak lama sebelum keduanya berangkat ke New York.
Pada Selasa, utusan Washington untuk PBB Nikki Haley memperingatkan negara-negara bahwa dia akan melaporkan nama-nama negara yang mendukung rancangan resolusi yang menolak keputusan AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Majelis Umum PBB akan menggelar sidang darurat pada Kamis untuk memilih langkah yang diusulkan setelah AS memveto resolusi serupa di Dewan Keamanan.
Turki dan Yaman meminta pertemuan darurat atas nama kelompok negara-negara Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (Organisation of Islamic Cooperation/OKI).
Kedua negara mengedarkan draf resolusi pada Selasa, yang mencerminkan kebijakan yang diveto Amerika Serikat, menegaskan kembali bahwa keputusan apa pun mengenai status Yerusalem tidak berdampak legal dan harus dibatalkan.
Maliki mengatakan sesi PBB akan menunjukkan bagaimana "banyak negara akan memilih dengan hati nurani mereka".
"Mereka akan memilih untuk keadilan dan mereka akan memilih untuk mendukung resolusi yang disampaikan oleh Yaman dan Turki atas nama kelompok Arab dan OKI," katanya.
Yerusalem Timur dicaplok Israel setelah mereka merebutnya dalam perang 1967 dalam langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Cavusoglu mengatakan Turki mengharapkan "dukungan kuat" bagi Otoritas Palestina di Majelis Umum PBB. "Semua orang dengan hati nurani... menentang keputusan yang merampak hak rakyat Palestina," katanya.
Menteri luar negeri itu mengatakan negara yang terhormat tidak akan membungkuk karena tekanan AS, dan mendesak Washington memperbaiki kesalahannya. "InsyaAllah, saya yakin kami akan mendapat hasil bagus besok (Kamis)," katanya sebagaimana dikutip AFP. (kn)
Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017