• Beranda
  • Berita
  • Laporan dari Bangladesh - Mimpi buruk pengungsi Rohingya (video)

Laporan dari Bangladesh - Mimpi buruk pengungsi Rohingya (video)

25 Desember 2017 08:52 WIB
Laporan dari Bangladesh - Mimpi buruk pengungsi Rohingya (video)
Pengungsi Rohingya di kamp Kutupalong, Cox's Bazar. (ANTARA News/Monalisa)

Cox's Bazar (ANTARA News) - PBB menyebut etnis Rohingya sebagai etnis paling menderita di dunia. Sekitar 650.000 warga Rohingya menyelamatkan diri dari kerusuhan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar Utara sejak 25 Agustus 2017.

Myanmar membantah melakukan kesalahan meski para pengungsi memberikan kesaksian terjadinya kasus pemerkosaan, pembunuhan dan aksi pembakaran oleh militer. 

Nyatanya, separuh warga Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh merupakan anak-anak dan sekitar 14.000 anak Rohingya adalah yatim piatu. Banyak perempuan Rohingya yang kehilangan suaminya, yang dibunuh atau tidak diketahui keberadaannya. Banyak perempuan yang masih trauma menyaksikan bagaimana kebrutalan militer Myanmar memperkosa perempuan Rohingya, kemudian membunuhnya.

Berikut kisah-kisah pilu warga Rohingya yang dirangkum ANTARA News:

Pengungsi Rohingya Hamid Husein (25 tahun) dari Maungdaw, Myanmar, menunjukkan bekas luka tembakan oleh militer Myanmar di kamp pengungsian Madhuchara, Kutupalong, Cox's Bazar, Bangladesh. Hamid melarikan diri ke Bangladesh dalam kondisi terluka dan mendapat penanganan operasi di Kutupalong. 

(ANTARA News/Monalisa)


Pengungsi Rohingya Mokhtar ahmad (30) menunjukkan bekas luka tembakan militer Myanmar. Ia tertembak saat keluar dari rumahnya untuk melarikan diri dari Myanmar. Mokhtar dipapah ayahnya menyusuri hutan dengan kondisi terluka selama 15 hari hingga akhirnya sampai di Bangladesh.

(ANTARA News/Monalisa)


Pengungsi Rohingya Tasmin (4 tahun) yang merupakan yatim piatu di kamp pengungsian Madhuchara, Kutupalong, Cox's Bazar. Ayah Tasmin menjadi korban penindasan militer di Myanmar, sedangkan ibunya sudah meninggal karena sakit saat ia berusia 1 tahun. Kini Tasmin dirawat nenek dari ibunya. Sekitar 14.000 anak pengungsi Rohingya kehilangan orang tua mereka. 

(ANTARA News/Monalisa)


Pengungsi Rohingya Muhammad Sahid (11 bulan) bersama bibinya Ismatara. Sahid hidup di pengungsian tanpa kedua orang tuanya. Ibunya sudah meninggal di Myanmar, sementara keberadaan ayahnya tidak diketahui. 

(ANTARA News/Monalisa)


Kawar Bil (kanan) kehilangan suaminya dan harus merawat lima anaknya sendirian. Selain rumahnya dibakar, ia menyaksikan suaminya disiksa militer Myanmar kemudian dibawa pergi. Sampai saat ini ia tidak tahu dimana keberadaan suaminya, tetapi dia meyakini suaminya telah meninggal.

ANTARA News/Monalisa)

Cerita selengkapnya: Bengisnya tentara Myanmar, mimpi buruk Rohingya

VIDEO:


Pewarta: Monalisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017