London/Jenewa (ANTARA News) - Wabah kolera terburuk dalam sejarah diperkirakan kembali terjadi di Yaman pada Maret 2018, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terancam gagal mengirimkan vaksinnya lantaran hanya punya waktu beberapa bulan untuk menyalurkan ke negara dilanda perang saudara itu.Namun, di Yaman, semuanya tergantung pada keputusan pemerintah untuk mengizinkannya atau tidak."
Sekitar tiga juta dosis vaksin oral kolera sudah disiapkan untuk menghadapi keadaan serupa, demikian laporan World Health Organization (WHO), badan kesehatan di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), layaknya dikutip Reuters.
Persediaan vaksin tersebut dapat dikirimkan ke Yaman sebagai imunisasi menjelang musim hujan, yang meningkatkan ancaman penyebaran kolera melalui air tercemar kotoran manusia.
Sejuta warga Yaman sudah terjangkit kolera, catat WHO.
WHO kesulitan menyalurkan vaksin ke warga Yaman pada awal tahun ini akibat perang yang masih bergejolak. WHO dan petugas kesehatan setempat mengaku menghadapi kesulitan perbekalan dan teknis.
Sebagai akibatnya, WHO kini tidak yakin bisa melaksanakan pengiriman vaksinasi sesuai dengan rencana.
"Kami telah mendiskusikan sejumlah rencana, namun keberhasilannya sangat bergantung dengan situasi di lapangan," kata Gregory Harti, juru bicara WHO di Jenewa.
Sementara itu, Abdulhakeem Alkohlani, juru bicara Kementerian Kesehatan Yaman di Sanaa, mengatakan bahwa pihaknya "memutuskan untuk menunda vaksinasi sampai tahun depan".
Wabah kolera di Yaman adalah salah satu yang terburuk dalam catatan sejarah. Lebih dari 2.200 nyawa telah melayang sejak April tahu ini akibat penyakit yang sering kali menyebar dalam situasi konflik dan bencana alam tersebut--dengan memanfaatkan buruknya sanitasi untuk penyebaran.
Komite Palang Merah Internasional (International Red Cross Committe/ICRC) memperkirakan sudah ada sejuta warga Yaman yang terjangkit kolera hingga 21 Desember 2017.
Selain itu, ICRC melaporkan sebanyak tujuh juta warga juga terancam menderita kelaparan dan difteri.
Pakar kolera dari WHO, Dominique Legros, mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk melakukan vaksinasi dari distrik ke distrik di Yaman mulai pada awal 2018.
"Vaksin ini harus sampai di Yaman dalam skala besar. Jika kami bisa mendistribusikannya ke satu juta orang sebelum musim hujan, maka ini adalah keberhasilan yang signifikan," kata Legros.
Ia menimpali, "Namun, di Yaman, semuanya tergantung pada keputusan pemerintah untuk mengizinkannya atau tidak."
Pada Juni 2017 kantor WHO di Yaman meminta 3,4 juta dosis vaksin kolera dari organisasi vaksin internasional (IGC) di Jenewa. IGC saat itu baru bisa mengirim satu juta dosis untuk Yaman.
Namun, tiga pekan kemudian, rencana tersebut gagal di tengah jalan. Hampir setengah juta dosis vaksin tertahan di bandara Djibouti, dan WHO mengumumkan keputusan pembatalan vaksinasi.
Legros mengatakan bahwa keputusan itu tidak muncul dari WHO.
"Adalah keputusan kementerian kesehatan Yaman untuk tidak menggunakan vaksin," ujarnya menambahkan.
Pewarta: Administrator
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017