Jakarta (ANTARA News) - Sepeda motor model skuter otomatik (skutik) dengan bodi yang besar atau bongsor semakin terlihat wara-wiri di jalan raya, baik di kota besar maupun daerah-daerah penyangga.
Skuter model bongsor dengan pemain utama Yamaha NMax dan Honda PCX itu bahkan kian menjamur di tengah-tengah padatnya lalulintas yang semestinya memaksa orang-orang menggunakan transportasi umum, atau setidaknya menggunakan kendaraan roda dua dengan ukuran yang lebih ramping.
Walaupun awalnya dicap sebagai skuter kelas premium untuk kalangan menengah ke atas, namun secara perlahan penggunaan motor tersebut sudah meluas hingga digunakan sebagai armada ojek online.
Eksistensi skuter bongsor dimulai saat Yamaha meluncurkan NMax pada awal 2015. Seperti saat meluncurkan skuter Mio pada 2003, Yamaha menguasai sendirian pasar di masing-masing segmen itu, sebelum Honda merebut pasar melalui skuter BeAT yang kini memimpin penjualan motor secara nasional dengan wholesales Januari-November 2017 mencapai 1,8juta unit.
NMax pun menikmati masa jaya karena sejak 2015 telah terjual sekira 560 ribu unit di Indonesia dan 140 ribu unit ke pasar ekspor. Sedangkan sepanjang Januari-November 2017, NMax laku terjual lebih dari 250 ribu unit menurut Asosisasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI).
Namun laju NMax bisa saja tersaingi Honda yang meluncurkan All New PCX 150 produksi Indonesia pada akhir tahun ini.
Senior GM Marketing Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), Hendri Wijaya, tidak mau ambil pusing dengan kehadiran kompetitor pada 2018. Ia justru memandang positif bahwa persaingan akan menciptakan pasar yang semakin berkembang.
"Market akan lebih berkembang. Bakal gede pasar skuter besar ini," kata Hendri Wijaya saat peluncuran NMax model 2018 di Sentul, Jawa Barat, pertengahan Desember 2017.
Kendati demikian, Hendri menyakini bahwa persaingan tersebut akan berpusat pada harga dan faktor merek sebagai pertimbangan konsumen dalam membeli motor.
Yamaha membuat NMAX secara lokal di pabrik mereka di Pulogadung, Jakarta Timur, sehingga bisa menawarkan produk dengan harga yang lebih terjangkau, sedangkan saat itu harga Honda PCX menyentuh hampir Rp40 juta.
Namun, Honda juga akan memproduksi langsung PCX di pabrik AHM Sunter, Jakarta Utara, yang membuat harga skuter bermesin 150cc itu juga semakin terjangkau.
"Tentu harga menjadi pertimbangan konsumen, selain faktor merek, komunitas, emosional dan lainnya," katanya.
Yamaha menjual NMax 2018 seharga Rp26,3 juta untuk tipe standar dan Rp30,2 juta tipe ABS berstatus on the road Jakarta, atau sedikit lebih terjangkau dibandingkan PCX yang dibanderol Rp27 juta hingga Rp32 juta on the road Jakarta.
"Penjualan Honda PCX sebelum ini sangat terbatas, namun kami melihat kepuasan dan kebanggaan dari pemilik Honda PCX sangat tinggi. Kami menerima banyak permintaan dari konsumen untuk memproduksi Honda PCX di Tanah Air," kata Executive Vice President Director AHM Johannes Loman dalam keterangannya saat peluncuran PCX.
Langkah Honda memproduksi PCX secara lokal tentunya membuat persaingan harga semakin ketat sekaligus membuat pertarungan skuter bongsor semakin sengit pada 2018. Apalagi jika mengingat Honda BeAT berhasil merebut pasar Yamaha Mio yang sempat menjadi pelopor skutik pada beberapa tahun lalu.
Yamaha menargetkan penjualan NMax sebanyak 25 ribu sampai 30 ribu unit per bulan pada 2018. Lantas apakah PCX mampu menandingi NMax pada tahun depan? Kita akan lihat nanti.
Pergeseran konsumen
Populasi skuter bongsor kelas 150 cc kian meningkat di Indonesia dalam dua tahun terakhir. Meningkatnya populasi motor itu juga dibarengi pergeseran segmen pembeli yang awalnya hanya dari kelas menengah atas, kini meluas ke segmen menengah bawah.
Senior GM Marketing Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), Hendri Wijaya, menjelaskan bahwa skuter bongsor Yamaha NMax awalnya menyasar kelompok konsumen menengah atas, atau yang sudah memiliki mobil namun membutuhkan motor sebagai transportasi alternatif.
"Ini sudah luas banget segmennya. Awal-awal kami setting untuk menengah ke atas. Namun setelah menyebar, sekarang Anda lihat ibu-ibu pakai skuter begini, ojek online juga pakai NMax," ujar Hendri.
"Banyak juga dari pembeli motor pertama, terutama di level anak muda," katanya kemudian menambahkan bahwa pengguna mobil juga banyak yang memakai skuter bongsor untuk menjaga gengsi.
Pergeseran minat konsumen itu memang nyata terjadi di lapangan.
Sebuah motor sport 150cc terpajang di halaman rumah Supartono, di wilayah Cileungsi, Jawa Barat, dengan tulisan "Dijual Vixion 2014, siap tukar tambah NMax."
"Niatnya mau ganti NMax, bekas tidak apa-apa. Kalau ada yang beli kontan, saya mau DP (uang muka) untuk cicil PCX baru," kata Supartono kemudian berharap motornya laku di atas Rp 14 juta.
Hal yang sama juga dilakukan Agus Setia warga Citeureup, Jawa Barat, yang telah menjual motor Honda MegaPro tahun 2014 demi mendapatkan uang muka untuk memesan Honda PCX.
"Uang penjualan MegaPro ini saya simpan. Tahun depan langsung pesan PCX, lagi tren motor matic yang besar," katanya di sebuah toko penjualan motor bekas di Cileungsi.
Faktor fungsional
Yamaha pun menilai pergeseran dari segmen sport ke skutik bongsor itu dipengaruhi faktor fungsional. Banyak kalangan yang semula menggunakan motor sport saat belum berkeluarga, menggantinya dengan skuter bongsor saat sudah berumahtangga.
"Pasar sport agak menyusut. Berdasarkan minat konsumen, banyak dari motor sport pindah memilih skuter atas kebutuhan transportasi keluarga," kata Hendri Wijaya.
"Bagi yang sudah menikah, butuh motor yang bisa membonceng pasangan dengan nyaman," katanya. "Ada juga, mereka yang masih punya motor sport di rumah tapi butuh motor harian seperti NMax."
Jika mengacu pada faktor fungsi, maka motor di sport 150 cc juga tetap menawarkan kegunaan yang sama walaupun dengan segmen konsumen yang terbagi-bagi secara mendetail.
Motor sport 150cc tipe naked menyasar kelompok pembeli yang belum berkeluarga, atau pekerja lapangan membutuhkan mobilitas prima. Sedangkan segmen sport 150 cc dengan fairing akan menyasar segmen pelajar, kaum muda yang baru bekerja atau mereka yang hobi menunggangi motor sport.
Setelah itu, ada juga segmen-segmen kecil yang menyukai motor sport 150cc dengan fungsi tertentu, misalnya motor trail untuk pehobi offroad atau pekerja lapangan.
Segmen motor sport petualang atau offroad justru mengalami pertumbuhan kendati pasar motor sport 150cc diklaim menyusut secara umum.
Direktur Marketing AHM Thomas Wijaya menjelaskan penjualan motor seri petualang meningkat dari 4 persen pada 2014 menjadi 12 persen pada 2017, yang membuat Honda mengambil langkah berani dengan meluncurkan Honda CRF150L sebagai pesaing Kawasaki KLX 150.
Di sisi lain, belum ada tanda-tanda akan dilakukan penyegaran produk untuk mendongkrak penjualan pada segmen sport fairing 150 cc dengan pemain utama Suzuki GSX-R 150, Honda CBR150R dan Yamaha All New R15.
Optimistis
Berdasarkan data AISI, pejualan sepeda motor periode Januari-November 2017 mencapai 5,4 juta unit dengan pangsa pasarnya didominasi segmen skuter sebesar 80 persen. Honda dan Yamaha adalah pemain pemain utama di segmen itu.
Walaupun angka tersebut masih tertinggal ketimbang penjualan tahun lalu sebanyak 5,9 juta unit. Namun Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar meyakini penjualan motor pada tahun 2018 akan kembali terdongkrak hingga menyentuh angka 6 juta unit.
"Untuk otomotif roda dua bisa mencapai 5,9 juta sampai 6 juta unit," kata Haris Munandar kepada wartawan di Bogor Jawa Barat, Rabu (20/12).
Selain roda dua, Haris Munandar juga memproyeksikan penjualan sektor otomotif roda empat akan naik hingga 1,2 juta unit pada tahun depan, kendati proyeksi tahun ini hanya terjual 1,06 juta unit. Adapun pada periode Januari-November tahun ini angka penjualan wholesales hanya menyentuh 994.436 unit berdasarkan data Gaikindo.
Menurut Haris, penjualan motor dan mobil diyakini naik pada tahun depan karena didorong kondisi perekonomian yang membaik sehingga meningkatkan daya beli masyarakat.
Ia menilai, apabila kestabilan ekonomi terjaga pada tahun politik 2018, maka kalangan masyarakat mampu yang cenderung wait and see akan memilih untuk membelanjakan uangnya di berbagai sektor, termasuk otomotif.
Kendati demikian, Haris juga meminta para pabrikan otomotif di Indonesia agar tidak hanya menggenjot penjualan pasar domestik, melainkan meningkatkan volume ekspor pada tahun depan.
Sebagai informasi, penjualan motor dalam beberapa tahun terakhir terus merosot. Pada 2014 mencapai 7,8 juta unit, 2015 sebanyak 6,4 juta unit dan tahun lalu turun menjadi 5,9 juta unit.
Oleh Alviansyah Pasaribu
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017