Warga setempat yang juga pensiunan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Nurdin Humolungo, mengaku, banjir terparah dialami warga Desa Jembatan Merah Kecamatan Tomilito.
Sekitar pukul 19.00 Wita, air mulai naik dan merendam pemukiman yang terletak di daerah aliran sungai (DAS) Jembatan Merah kata Nurdin, dengan ketinggian air mencapai 30 senti meter-1,5 meter.
Paling parah kata ia, dilanda warga yang rumahnya berada di bagian muara sungai Desa Jembatan Merah, sebab puluhan rumah di wilayah itu pun berada di sepanjang bantaran DAS, sehingga saat hujan deras bertemu naiknya air laut atau air pasang laut, maka bencana banjir tidak mampu dicegah.
Banjir juga menimbulkan kemacetan di lintas Sulawesi di wilayah itu, sebab air mencapai badan jalan serta warga di wilayah terparah, ramai menyeberangkan harta bendanya ke wilayah aman.
Novia Sassy (36) warga Desa Jembatan Merah, mengaku pasrah dengan banjir yang merendam rumahnya, meski ia mengaku kelelahan mengamankan harta bendanya.
Ia berharap, banjir di wilayah rawan tersebut segera diatasi pemerintah daerah dengan upaya pengerukan DAS.
Kondisi DAS di wilayah ini sudah dangkal lagi, setelah dikeruk sekitar dua tahun silam.
"Sebelumnya, pemukiman di wilayah ini sudah bebas banjir sebab pelebaran, penanggulan dan pengerukan DAS mampu mengatasi meluapnya air sungai yang merendam pemukiman warga, namun kini banjir kembali terjadi akibat pendangkalan mulai terjadi," ujar Novia.
Curah hujan yang tinggi kata ia, sangat berpotensi meluapnya air sungai yang menyebabkan banjir.
Kondisi yang sama dialami warga di Kecamatan Kwandang yang pemukimannya berada di wilayah DAS, diantaranya Desa Titidu, Moluo dan Alata Karya.
Salah satu warga Desa Alata Karya, Seska Lagona mengaku, pemukimannya yang berada di wilayah DAS memang menjadi langganan banjir saat curah hujan tinggi melanda daerah itu.
Ia berharap, peningkatan pembangunan untuk mencegah banjir bisa dilakukan pemerintah daerah dengan cepat, agar wilayah itu segera bebas banjir.
Pewarta: Susanti Sako
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018