Jakarta (ANTARA News) - Pengusaha mebel yang tergabung dalam Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) optimistis mampu mencapai target ekspor mebel dan kerajinan 5 miliar dolar AS hingga akhir 2019.
"Kalau kami masih optimis bisa tercapai. Melihat deregulasi yang terus dilakukan, kemudian dukungan dari pemerintah saya kira bisa," kata Sekjen HIMKI Abdul Sobur di Jakarta, Rabu.
Beberapa di antara dukungan pemerintah tersebut antara lain subsidi pemlian alat untuk industri mebel dan kerajinan sebesar 25 persen tahun ini, meskipun besaran nilainya belum disampaikan.
Hal tersebut, lanjut Sobur, mampu mendongkrak peremajaan mesin sehingga lebih hemat dan produktif dalam menghasilkan produk-produk mebel dan kerajinan.
Selanjutnya, pembangunan sekolah vokasi jurusan mebel di Kendal, Jawa Tengah, diyakini mampu mendukung produktivitas industri ini, meskipun baru dapat dirasakan beberapa tahun mendatang.
"Itu sekolah mebel pertama dan menelan biaya yang lumayan besar. Sumber Daya Manusia akan meningkatkan daya saing dan produktivitas. Memang butuh tiga atau empat tahun untuk bisa menerapkannya," ungkap Sobur.
Selain itu, Sobur menambahkan, anggota HIMKI juga aktif mengikuti pameran industri mebel dan kerajinan di luar negeri. Di mana tahun ini, beberapa pameran di negara-negara seperti Jerman, Amerika Serikat dan China dibidik untuk dihadiri.
"Mengikuti pameran juga menunjukkan eksistensi industri mebel Indonesia di pasar global, yang mampu mendatangkan buyer. Hal ini penting dilakukan," tukasnya.
Hingga 2016, nilai ekspor mebel mencapai angka 1,6 miliar dolar AS dan nilai ekspor kerajinan mencapai 820 juta dolar AS. HIMKI memprediksi, tahun ini terjadi peningkatan sekitar 6-7 persen untuk nilai ekspor mebel dan kerajinan.
"Yang terpenting memang bukan nilai saja, tapi bagaimana industri mebel dan kerajinan nasional semakin berdaya saing di dunia internasional," pungkas Sobur.
Sementara itu, sebagai pembina industri, Kementerian Perindustrian berupaya terus memacu pengembangan industri mebel karena sebagai sektor padat karya berorientasi ekspor.
Menurut Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto, industri mebel harus menjadi sektor kebanggaan nasional karena memiliki kekuatan untuk kompetitif di tingkat global. Apalagi, mayoritas atau hampir 85 persen bahan bakunya seperti rotan dipasok dari dalam negeri.
“Oleh karena itu, agar industri ini maju, tidak perlu melakukan ekspor bahan baku. Kami fokus untuk meningkatkan nilai tambahnya melalui program hilirisasi,” tuturnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018