"Lima sila dalam Pancasila semuanya memiliki nilai-nilai luhur dan selama ini mampu menjadi bintang penuntun yang dinamis bagi Indonesia Raya," kata Megawati pada peringatan HUT ke-45 PDI Perjuangan di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (10/1).
Megawati menjelaskan, Pancasila pertama kali disampaikan oleh Bung Karno dalam pidatonya di hadapan sidang BPUPKI di Jakarta, pada 1 Juni 1945, setelah sebelumya selama bertahun-tahun melakukan penggalian nilai-nilai luhur pada bangsa Indonesia dan menemukan elemen yang sangat menonjol dari jiwa bangsa Indonesia yakni Pancasila.
Pancasila yang digali dari jiwa bangsa Indonesia, kata dia, sehingga kemudian dijadikan dasar negara Indonesia.
"Jika tidak berakar dari bangsa Indonesia, tidak mungkin Pancasila jadi bintang penuntun yang dinamis," katanya.
Menurut Megawati, pada abad ke-21 ini memperlihatkan adanya pertentangan dalam perkembangan sejarah kehidupan manusia.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini, kata dia, semuanya seakan terkoreksi, jarak bukan lagi menjadi kendala, dan informasi menjadi makin masif.
"Masyarakat saat ini merasa hidup bersama dalam sebuah rumah besar tanpa batas tapi miskin komunikasi, karena masing-masing individu asyik dengan dunia mayanya sendiri sehingga jadi terasing satu sama lain," katanya.
Megawati menegaskan, masyarakat pada abad ke-21 ini adalah masyarakat informasi yang dengan mudah membuat akses ke media sosial dan sangat mudah penciptaan opini publik.
Ekses negatifnya, kata dia, adalah kebohongan, melalui kanalisasi kebohongan, yakni kebohongan yang direncanakan, direkayasa, dan disebarluaskan tanpa
pelakunya merasa bersalah.
"Sasarannya untuk menciptakan pertentangan dan permusuhan," katanya.
Megawati meyakini, jika seluruh bangsa Indonesia menghayati dan menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari maka dapat mencegah perilaku negatif tersebut.
Presiden kelima Republik Indonesia ini menambahkan, pada dirinya mendeklarasikan pasangan calon kepala daerah pekan lalu, dia juga menegaskan, para pelaku yang menyebarkan kabar bohong dan fitnah melalui media sosial dengan identitas palsu, adalah pengecut.
"Mereka adalah pengecut dan tidak berjiwa ksatria," katanya.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018