"Sebanyak 130 penari tampil dengan sangat memukau. Mereka (penari disabilitas) merupakan binaan mahasiswa kami dari Fakultas Ilmu Pendidikan bekerja sama dengan pelatih tari," kata Rektor Undiksha, I Nyoman Jampel, di Singaraja, Minggu.
Anak berkebutuhan khusus (ABK), utamanya mereka yang mengalami disabilitas rungu merupakan aset yang sama nilainya dengan anak-anak pada umumnya.
ABK, kata Jampel harus diberikan kedudukan yang sama. Dalam bidang pendidikan pun harus dilibatkan dalam berbagai jenis program. Baik seni maupun pendidikan.
Salah satu yang menjadi perhatian Undiksha adalah bidang seni yang menjadi pondasi dasar dari sektor kepariwisataan yang berkembang begitu pesat di Pulau Dewata.
"Dengan berkesenian. ABK merasakan nilai positif yang tertinggi, yaitu kebahagiaan. ABK akan merasakan hidupnya tetap berarti dan diperlukan sehingga semangat menjalani kehidupan dapat terus dilalui meskipun dengan berbagai keterbatasan," kata dia.
Undiksha dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat berkewajiban pula signifikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan olahraga.
Koordinator Muri Tari Pendet massal, Made Agus Dharmadi mengatakan bahwa sebelumnya pada penari disabilitas dilatih secara intensif bersama sejumlah instruktur yang berpengalaman.
Para penari ketika melakukan gerakan dituntun oleh satu orang derigen yang memperagakan beberapa jenis gerakan sebagai simbol beberapa bagian tari.
"Kami lumayan bekerja keras agar mereka paham beberapa gerakan. Selain untuk Muri, kami juga meneliti dalam hal pendidikan disabilitasnya," terang dia.
Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018