Apabila melihat sabetan di sekujur tubuh bangkai orangutan tersebut tentunya ada indikasi akibat konflik dengan manusia, kata Humas BOS Nyaru Menteng, Monterado Friedman di Palangka Raya.
"Kami mengutuk keras adanya temuan ini. Kami mengajak berbagai pihak terkait agar semakin gencar mengkampanyekan pelestarian Orangutan Kalimantan yang kini statusnya sudah Sangat Terancam Punah," tambahnya.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam ( BKSDA) Kalimantan Tengah bersama petugas dari Polsek di Barito Selatan sampai saat ini masih menelisik penyebab kematian satu orangutan mengenaskan dan mengapung di Sungai Kalahien tersebut.
Monterado mengatakan informasi yang dihimpun di lapangan, kondisi bulu di seluruh tubuh orangutan sudah rontok semua, tanpa kepala dan kondisi tangan yang hampir putus adapun kaki dalam kondisi lengkap.
"Pihak yang menemukan orangutan tersebut belum dapat menentukan di mana lokasi awal kejadian, karena diperkirakan bangkai orangutan itu sudah hanyut mengikuti aliran sungai kurang lebih 2 hari," bebernya.
Humas Yayasan BOSF ini mengatakan bangkai orangutan tersebut berkelamin jantan dan merupakan orangutan dewasa, sehingga dalam mengangkat dari sungai diperlukan empat orang dewasa.
Tindakan yang dilakukan petugas mencatat kronologis kejadian, membuat berita acara kematian satwa, mendokumentasikan dan mengubur mayat orangutan tersebut disaksikan oleh pihak kepolisian dan warga setempat.
"Itu informasi awal yang kami terima dari lapangan. Kalau ada perkembangan lagi, nanti akan kami kabari kembali," demikian Monterado.
Pewarta: Jaya Wirawana Manurung
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018