"Tidak boleh ada aktivitas di radius yang disarankan pusat vulkanologi, mitigasi bencana geologi," kata Farid di Tomohon, Jumat.
Dia mengatakan, radius bahaya ditetapkan agar tidak ada korban ketika terjadi letusan yang dipicu meningkatnya aktivitas vulkanik.
"Ini yang kita sarankan, mudah-mudahan dipatuhi," ujarnya.
Hingga saat ini, status yang disematkan untuk gunung api aktif setinggi 1.580 meter di atas permukaan laut itu masih waspada (level II).
"Kami masih melihat perkembangan kegempaan dan akan dievaluasi apakah akan dinaikkan statusnya atau tidak. Namun yang terpenting adalah tidak boleh melakukan aktivitas pada radius yang dilarang," harapnya.
Farid mengatakan, peningkatan aktivitas kegempaan telah terekam sejak awal tahun baru dan mulai menunjukkan peningkatan signifikan sejak 13 Januari lalu.
Di tanggal tersebut, terekam empat kali gempa tektonik jauh, 22 kali gempa vulkanik dangkal dan dua kali gempa vulkanik dalam, namun pada tanggal berikutnya menurun dan hanya terekam satu kali gempa tektonik jauh dan tiga kali gempa vulkanik dangkal.
Selanjutnya, di tanggal 18 Januari terekam dua kali gempa tektonik jauh, tiga kali gempa vulkanik dalam, dan 66 kali gempa vulkanik dangkal, 14 kali gempa embusan dan satu kali gempa tornillo.
Sementara data yang dirangkum pada periode pengamatan tanggal 19 Januari pukul 00.00-00.06 WITA terekam satu kali gempa tektonik jauh, satu kali gempa vulkanik dalam, tujuh kali gempa vulkanik dangkal dan tujuh kali gempa embusan.
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018