"Padahal peradaban bangsa diawali dari keluarga masing-masing, karena itu menjaga keluarga, melindungi dan mengembangkan keluarga adalah pokok dalam Islam," kata Amin dalam Seminar Nasional: "Keluarga Berkemajuan Pijakan Bangsa Berkeadaban" di Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Berdasarkan siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat, Amin mengatakan dari dua juta pernikahan ada sekira 300-340 ribu yang gagal di tengah jalan.
Dia mengatakan dalam beragama jika tidak bisa selesai dengan diri sendiri maka akan sulit beragama keluar, termasuk untuk skala yang besar seperti berbangsa dan bernegara.
Berbagai tantangan yang kompleks, menurut Amin muncul dalam kehidupan berkeluarga dewasa ini seperti perubahan sosial yang mempengaruhi relasi laki-laki dan perempuan di dalam keluarga.
Selain itu, terdapat persoalan beban ganda yang didengungkan oleh perempuan semua wanita di dunia, tantangan pemenuhan waktu keluarga atau family time dan munculnya eksklusivisme dalam keluarga.
Berbagai perubahan dan tantangan, kata dia, harus disikapi dengan bijak dan menuntut interpretasi keagamaan baru yang tidak padat yang bisa menghalangi masyarakat bergerak untuk berkomunikasi.
"Karena itu perlu ditekankan gerakan seperti lewat `Aisyiyah, sebagai organisasi otonom Muhammadiyah, harus ikut tampil ke depan dan menunjukan bahwa perbedaan-perbedaan tersebut jangan sampai menghancurkan keluarga," kata dia.
Untuk itu, diperlukan instrumen lewat `Aisyiyah untuk memberikan pendidikan kepada calon pengantin dalam pandangan keagamaan yang sejalan dengan perubahan yang terjadi.
Dia mengatakan tantangan berkeluarga harus dibekali agar menjadi keluarga harmonis seperti dengan dorongan pelibatan suami dalam tugas domestik, pemeliharaan kesehatan reproduksi serta perlunya pendidikan calon pengantin.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018