Mangupura (ANTARA News) - Keberadaan tempat pengolahan sampah bernama Seminyak Clean (Seminyak Bersih) di Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, menjadi percontohan bank sampah untuk desa lainnya di wilayah kabupaten tersebut karena mampu mengelola limbah secara mandiri dan menguntungkan.Keberadaan Seminyak Clean ini juga mampu menyerap tenaga kerja sangat besar hingga 50 orang ..."
"Saat ini, kami jadikan Seminyak Clean menjadi percontohan bank sampah, karena sudah mampu melakukan tata kelola sampahnya secara profesional. Seminyak Clean menjadi yang terbaik dengan perolehan omzet pengolahan sampah mencapai Rp160 juta per bulan," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Badung, I Putu Eka Merthawan, di Mangupura, Minggu.
Ia mengatakan dari 15 bank sampah yang masih beroperasi di Badung ada satu diantaranya bank sampah bernama Seminyak Clean.
Selain itu, iamengemukakan, Seminyak Clea mampu berkembang pesat dan telah memiliki 26 truk yang siap melayani nasabah, seperti restoran, hotel, petugas kebersihan pantai dan jalanan maupun masyarakat di daerah setempat yang menjual sampah setelah dipilah-pilah untuk didaur ulang.
"Keberadaan Seminyak Clean ini juga mampu menyerap tenaga kerja sangat besar hingga 50 orang, dan ini membuktikan bahwa memang menguntungkan hingga ratusan juta per bulan," katanya.
Oleh karena itu, DLHK Kabupaten Badung mendorong ada bank sampah lainnya di setiap desa atau banjar untuk mengatasi permasalahan sampah selama ini.
Target bank sampah, menurut dia, untuk melestarikan lingkungan dan edukasi kepada masyarakat agar mau mengubah perilakunya sejak dini.
Ia menilai, tantangan dalam upaya pengelolaan sampah cukup besar karena banyak masyarakat yang belum melirik peluang investasi limbah.
Namun, dikemukakannya, jika pengelolaan sampah yang ada dilakukan masyarakat secara tekun, tulus dan penuh kerja keras, maka hasilnya akan sangat menguntungkan.
"Untuk itu, kami ingin melakukan terobosan dalam pengelolaan sampah ini dengan pola business to business, bukan social to business, artinya secara bisnis masyarakat akan mendapat untung dalam mengelola sampah ini," katanya.
Dengan demikian, pemerintah juga turut berpartisipasi dalam upaya menjemput sampah yang dimiliki masyarakat dengan tenaga yang telah disiapkan dengan membayar sejumlah sampah yang dikumpulkan masyarakat sesuai standar.
Selain itu, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) juga diharapkan keterlibatannya.
"Hal ini kami lakukan agar aliran uang atau cash flow lebih cepat, kemudian pemerintah juga melakukan pendampingan dan pemberian dana CSR kepada desa atau banjar yang sangat baik dalam pengelolaan sampah di lingkungannya," katanya.
Pemerintah Kabupaten Badung juga melakukan kerja sama dengan perhotelan dan restoran bintang lima di daerah itu dalam ikut membantu dalam pendanaan melalui dana CSR yang dimilikinya dalam kegiatan pelestarian lingkungan hidup.
"Kami juga akan memberikan penghargaan kepada bank sampah terbaik yang ada di banjar atau desa di Badung," katanya.
Bentuk penghargaan yang akan diberikan pemerintah berupa penyiapan bantuan permodalan, fasilitas atau pengembangan gedung bank sampah dari dana APBD atau difasilitasi dengan dana hibahnya.
"Ini kami segera usulkan kepada Bapak Bupati dan dalam pengelolaan sampah di desa hingga banjar, pemerintah daerah tidak dapat bekerja sendiri tanpa adanya bantuan pihak swasta dan masyarakat," ujarnya.
Namun, pihaknya meyakini apabila ketiga komponen itu bergerak bersamaan, maka diyakini bank sampah itu akan menjadi konsep transaksi antara institusi bisnis atau perusahaan (business to business) yang menjanjikan untuk masa mendatang, karena jumlah pesaingnya masih minim.
"Padahal, di negara lain ini sampah menjadi nilai ekonomis dan dijual dengan harga yang mahal. Jadi, siapapun yang mampu mengelola sampah pasti hasilnya akan dirasakan, karena dalam upaya ini juga diberikan pendampingan oleh pemerintah," demikian I Putu Eka Merthawan.
Pewarta: I Made Surya Wirantara Putra
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018