"Kemarin ada beberapa kapal yang berukuran lebih kurang di bawah 30 GT (Gross Tonage) mencoba keluar, namun tidak mampu menghadapi terjangan gelombang tinggi sehingga kembali lagi. Kemudian saya sampaikan, sementara jangan berangkat dulu demi keselamatan kita semua," kata Ketua HNSI Cilacap Sarjono di Cilacap, Jateng, Senin.
Ia mengimbau nelayan agar tidak melawan alam karena kondisinya saat sekarang luar biasa dan bukan hanya sedang tidak bersahabat.
Menurut dia, hal itu disebabkan wilayah perairan selatan Jateng dan DIY saat sekarang sedang dipengaruhi musim angin baratan yang berdampak pada peningkatan tinggi gelombang.
"Saat musim angin baratan, angin kencang yang disertai hujan lebat sering kali datangnya tiba-tiba," katanya.
Kendati demikian, dia mengakui jika ada beberapa nelayan yang nekat melaut secara "jolokan" atau pergi pada dini hari ketika belum ada angin kencang dan pulang menjelang siang hari.
Selain itu, lanjut dia, nelayan-nelayan tersebut tidak berani melaut terlalu jauh karena khawatir keburu angin kencang dan gelombang tinggi.
"Mereka biasanya melaut di sekitar perairan Pulau Nusakambangan atau paling jauh ke sekitaran Srandil, tidak berani ke arah Gombong," jelasnya.
Sarjono mengatakan dampak cuaca buruk juga dirasakan oleh nelayan yang menggunakan kapal-kapal besar di atas 30 GT terutama yang belum berangkat mencari ikan di laut lepas.
Menurut dia, kapal-kapal besar yang sudah terlanjur berada laut lepas masih bisa menghindar gelombang tinggi dengan mencari daerah tangkapan yang aman.
"Misalnya, jika terjadi cuaca buruk atau gelombang tinggi di sekitar lintang 12 derajat, mereka akan bergeser ke lintang 13 derajat," katanya.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018