"Upacara ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur yang dilakukan oleh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat kepada Tuhan," kata Wakil Pengageng Sasana Wilapa, KPH Winarno Kusumo di Solo, Kamis.
Ia mengatakan upacara tersebut merupakan tradisi peninggalan sejak masa PB II. Menurut dia, upacara dilakukan sebagai rasa syukur atas pemindahan Keraton dari Keraton Kartasura ke Keraton Kasunanan Surakarta.
"Atas rasa syukur itu PB II mengadakan Wilujengan Nagari Mahesa Lawung, yaitu para abdi dalem melakukan ritual memutari Alun-Alun Utara untuk selanjutnya menuju ke Alas Krendowahana," katanya.
Meski terlihat lancar, ia mengakui kegiatan kali ini dilakukan tanpa restu dari Paku Buwono XIII (PB XIII) Sinuhun Hangabehi.
"Sebelumnya kami masih menunggu `dawuh` dari Raja untuk pelaksanaan Wilujengan tetapi sampai waktu pelaksanaan ternyata Raja tidak memberikan `dawuh`," katanya.
Bahkan, katanya, seharusnya upacara adat tersebut dilakukan seminggu lalu tetapi karena menunggu perintah yang tidak kunjung keluar, akhirnya upacara baru dilakukan hari ini.
"Dalam hal ini, Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan berinisiatif tetap menggelar Wilujengan Nagari Mahesa Lawung. Kami berupaya menjaga tradisi, yaitu wilujengan harus dilaksanakan setiap tahunnya," katanya.
Menurut dia, LDA adalah lembaga yang diakui oleh pemerintah dan mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan sembilan event wajib keraton, di antaranya tanggal 17 Sura yaitu berdirinya keraton, Garebek Mulud, Mahesa Lawung, Malem 21, dan Zakat Fitrah.
"Selain itu, kami aktif menyelenggarakan event Garebek Syawal, Garebek Besar, dan ada juga event lain tetapi tidak masuk di sembilan event wajib yaitu 1 September Hari Maklumat PB XII," katanya.
Pewarta: Aries Wasita Widi Astuti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018